Oleh: I Dewa Made Agung Kertha Nugraha, S.E., M.S., M.Sc., Pendiri dan Dewan Pembina Indonesia Food Security Review (IFSR)
20 April 2025 - Di tengah tantangan ekonomi global dan naik-turunnya daya beli rakyat, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah terobosan nyata yang menjawab kebutuhan mendesak jutaan keluarga Indonesia.
Di bawah koordinasi Badan Gizi Nasional (BGN), per pertengahan April 2025 Program MBG telah menjangkau lebih dari 3 juta penerima manfaat (balita, anak sekolah, ibu hamil, & ibu menyusui) setiap harinya melalui 1.070-an dapur SPPG yang dikelola oleh 400-an mitra yayasan di berbagai wilayah.
Sebagai program berskala nasional dengan orientasi sosial dan nirlaba, kemitraan pelaksanaan MBG oleh BGN kepada yayasan — bukan kepada perusahaan swasta berbasis laba — adalah pilihan yang tepat secara prinsipil, legal, dan operasional.
Sesuai UU 28 / 2004 dan UU 16 / 2001, Yayasan adalah bentuk kelembagaan yang ditujukan untuk misi kemanusiaan dan sosial, tanpa insentif keuntungan pribadi atau korporasi. Karena itu, bentuk kerjasama BGN dengan Yayasan mencerminkan integritas moral dari program MBG itu sendiri.
Mayoritas Yayasan yang menjadi mitra Badan Gizi Nasional merupakan Yayasan yang memiliki track record panjang berkontribusi di bidang sosial dan pendidikan, serta telah mendirikan banyak lembaga pendidikan. Mereka lah yang kemudian mengajukan sekolah dan pondok pesantren yang berada dalam naungannya untuk menjadi penerima manfaat dari Program MBG.
Lebih jauh, penting untuk digarisbawahi bahwa seluruh proses kemitraan dengan yayasan dilakukan secara transparan dan terbuka. Di situs resmi BGN, tersedia informasi lengkap mengenai syarat, prosedur, dan tata cara seleksi mitra MBG. Proses seleksi dilakukan melalui pemenuhan standar mutu, kesiapan operasional, dan komitmen terhadap asas nirlaba. Siapa pun yang memenuhi syarat — tanpa melihat latar politik atau afiliasi — berhak menjadi mitra.
Faktanya, BGN tidak memilah dan memilih mitra berdasarkan afiliasi politik. Pendaftaran melalui situs berbasis profesionalisme dan mengutamakan bukti pemenuhan syarat dan kriteria mitra. Setiap pihak memiliki kesempatan dan hak yang sama untuk menjadi mitra BGN asal memiliki kemampuan untuk implementasi sesuai standar dan kualitas yang disyaratkan BGN.
Di Bali, tercatat ada yayasan mitra MBG yang pendirinya terafiliasi dengan partai oposisi pemerintah. Di Maluku Utara, salah satu yayasan pelaksana MBG didirikan oleh mantan juru bicara Presiden Anies Baswedan.
Bahkan di Aceh, terdapat yayasan yang dipimpin oleh tokoh masyarakat pendukung Anies yang kini ikut menyiapkan makan bergizi bagi anak-anak Aceh. Semua itu menunjukkan bahwa yang menentukan adalah kompetensi dan komitmen, bukan warna politik.
Namun, dalam laporan khusus majalah TEMPO hari ini, muncul tuduhan bahwa MBG hanya menguntungkan yayasan-yayasan yang terafiliasi dengan pendukung Presiden Prabowo.
Tuduhan majalah TEMPO dibangun dari framing ada 7 yayasan terafiliasi dengan pendukung Presiden Prabowo di tengah 438 mitra yang sudah bekerja. Klaim ini tidak proporsional dan mengada-ada, apalagi tidak menyertakan bukti penyimpangan proses penunjukan atau penyalahgunaan anggaran.
Fakta bahwa Prabowo memenangkan 58% suara dalam Pemilu 2024 adalah ekspresi demokrasi. Maka tidak mengherankan jika di tengah masyarakat sipil yang antusias akan program MBG, banyak tokoh pendukung Presiden Prabowo juga aktif di yayasan yang kini menjadi mitra.
Justru, ini adalah contoh baik semangat gotong royong dalam demokrasi dan Pemerintahan yang partisipatif — saat pendukung pemimpin bangsa berkontribusi aktif pada pelaksanaan program sosial yang berdampak.
Program MBG bukan milik golongan atau partai. MBG adalah program negara untuk seluruh rakyat Indonesia, dan yayasan yang terlibat — siapa pun di baliknya — bekerja dalam kerangka hukum dan prosedur negara.
Yang harus dipastikan adalah akuntabilitas dan kualitas layanan, bukan afiliasi politik para relawan sosial yang bekerja dari dapur ke dapur, dari pagi ke pagi.
Saat ini, tantangan kita bukan mencari-cari motif politik dalam setiap keberhasilan, tapi menjaga momentum kolaborasi dalam mengatasi masalah nyata: Gizi anak-anak, ketahanan pangan keluarga, dan penciptaan lapangan kerja lokal. Semua yang bisa terlibat, harus terlibat.
BGN dan seluruh jajarannya layak diapresiasi atas langkah yang tepat dan transparan dalam membangun ekosistem MBG. Sebagai anak bangsa yang cinta merah putih, mari kita dukung bersama ikhtiar BGN, bukan kita runtuhkan kerja baik BGN dengan asumsi dan prasangka buruk.