MUHAMMADIYAH FOKUS MEMBANGUN -->
Cari Berita

MUHAMMADIYAH FOKUS MEMBANGUN


Oleh : As'ad Bukhari, S.Sos., MA, (Analis Intelektual Muhammadiyah Islam Berkemampuan)


Orang Muhammadiyah itu tidak terlalu banyak membahas soal perbedaan mazhab, manhaj, fikroh, ideologi sampai pada level kontraproduktif. Jika pun ada, umumnya hanya karena mencari tempat ataupun ingin tetap merasa eksis dan menonjol dari yang lainnya. Seringkali kepentingan individu yang status quo tak ingin digantikan atau tergantikan, sampai merasa lupa bahwa namanya organisasi itu pasti regenerasi dengan perpuataran pimpinan ataupun kader-kader nya. Memang betul tidak ada istilah pensiun dalam bermuhammadiyah, tapi bermuhammadiyah itu setiap masa ada orangnya dan tiap orang ada masanya itu merupakan siklus estafet kepemimpinan. Tidak perlu mati-matian jadi pimpinan atau sampai mati terus memimpin, karena konsistensi bermuhammadiyah akan terlihat ketika tetap bertahan di saat hanya sebagai warga Muhammadiyah biasa tanpa banyak amanah yang dijalankan karena tinggal menikmati program-program dan kegiatan-kegiatan Muhammadiyah yang diselenggarakan oleh generasi penerusnya.


Umumnya dalam berorganisasi itu memiliki dinamika, generasi muda yang berapi-api berani kritis dan generasi tua berani mempertahankan dengan pengalaman nya ataupun sebaliknya generasi tua yang tetap selalu kritis mengatur kemudian generasi muda yang hanya diam taat menurut. Setiap perjalanan nya, akan memiliki sejarah nya masing-masing dalam memberikan kontribusi kepada Muhammadiyah sesuai dengan jalannya sendiri-sendiri. Terkadang tidak selamanya yang taat penerut akan meneruskan perjuangan seniornya atau ayahandanya sekali pun telah lama bersama, sebab dia lah yang justru paling paham kelemahan pendahulunya. Demikian pula tidak berarti yang dulu nya kritis itu justru yang menghapus segala pencapaian, bisa saja justru mereka pula yang meneruskan tapi disesuaikan dengan kondisinya ketika itu. Atau bahkan posisinya mampu memilih dan memilah mana yang harus diteruskan dan mana yang tidak lagi perlu diteruskan ketika menyusun agenda kegiatan bermuhammadiyah. Regenerasi bisa menjadi estafet kolaborasi dan juga regenerasi bisa menjadi dikotomi destruksi, hal ini akan tergantung bagaimana komunikasi bisa tetap efektif atau tidaknya. Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi Islam modern dan menganut sistem kolektif kolegial, tentu kader-kader nya bisa tafahum akal hal ini yang pada intinya berorganisasi tetap harmoni sesuai cita-cita Muhammadiyah itu sendiri.


Muhammadiyah fokus membangun amal usaha demi membantu masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan ruang baik dari segi pendidikan, kesehatan, kemanusiaan dan filantropi serta ragam jenis lainnya. Hal wajar bila masih ada kader-kader nya yang mencari sensasi dan ruang-ruang sempit untuk memunculkan diskursus atau pemantik pembahasan yang bersifat dialog, dialektika dan diskusi. Organisasi manusia memang tidak seideal organisasi tubuh dalam proses kerjanya, akan tetapi organisasi merupakan tempat untuk dibentuk mental, karakter, lingkungan, kekuatan, keberanian, keilmuan, wawasan maupun lainnya. Lebih baik fokus terus membangun amal usaha, bila belum punya sekolah ya bangun sekolah, belum punya pesantren ya bangun pesantren, belum punya kampus ya bangun kampus, belum punya rumah sakit ya bangun rumah sakit, belum punya masjid ya bangun masjid, belum punya koperasi ya bangun koperasi, belum punya kader ya bangun SDM unggul terus sampai produktif yang tak terputus-putus. Jangan terfokus pada membangun keributan, perpecahan, dualisme, kapling kepentingan, tendensi kepemimpinan, pertikaian antar ormas, korban proxy war, ataupun agen-agen yang memecah belah kekuatan. Tugas membangun masih banyak, karena pembangunan amal usaha Muhammadiyah butuh perjuangan bersama-sama dengan sikap konsisten berkelanjutan. Prioritaskan saja Muhammadiyah sebagai organisasi yang terus melakukan pembangunan sebagai peradaban dan bukan berusaha meruntuhkan ataupun menjatuhkan hanya karena perbedaan yang hanya bersifat sepele dan biasa. Muhammadiyah fokus membangun umat manusia menuju insan mulia mengisi kehidupan segala sektor-sektor yang ada.


Masih saja ada beberapa warga Muhammadiyah lebih sibuk melihat orang-orang sebelah dari berbagai ormas, kelompok, pemikiran lain dalam perbedaan manhaj khususnya yang nantinya hanya sibuk mencari pembenaran. Hal itu kadang juga tak bisa sepenuhnya disalahkan, sebab banyak kader Muhammadiyah itu sendiri yang senang berada dalam perdebatan tersebut sebagai sensasi, gimmick, modus beragama, sampai pada offside berorganisasi maupun tukang vonis. Lupa akal hal yang lebih besar seperti ukhuwah islam, gerakan melawan islamophobia, membersihkan virus LGBTQ yang semakin meluas, mengurangi kemiskinan, menolong mustadhafin, mewujudkan kesejahteraan, menyerap kader untuk amal usaha dan seterusnya. Itulah pentingnya Muhammadiyau fokus membangun berbagai aspek-aspek apapun, agar kemakmuran untuk semua benar-benar dapat terwujud secara konkret tidak sebatas retorika semata. Pembangunan ala Muhammadiyah itu mengembalikan relnya bahwa agama itu dakwah dan bisnis itu amal usaha, bukan seperti yang lain sibuk menjual agama tapi tidak berkemajuan justru semakin berkejumudan.


Mari terus berbenah dalam membangun Muhammadiyah, termasuk upaya membesarkan dan memperbanyak amal usaha untuk kemaslahatan ummat. Tantangan ke depan semakin berat dan kehidupan semakin rumit, sehingga butuh strategi serta metode yang transformatif demi tercapai nya keadilan. Pembangunan yang berkelanjutan tidak hanya pekerjaan pemerintah dan swasta saja, melainkan juga tugas ormas maupun para movement Society yang punya kesadaran tinggi agar tercapai nya suatu bangsa yang makmur. Tetaplah menjadi kader Muhammadiyah yang fokus membangun, jangan hiraukan para penikmat yang hari demi harinya hanya selalu kontraproduktif termasuk ketika memancing keributan di sosial media dalam merespon akun-akun tidak jelas yang menciptakan perdebatan tidak jelas. Membangun dengan kekuatan sosial Enterprise tentu tidak semudah yang dilakukan oleh government dan Corporation yang dengan mudahnya. Upaya membangun amal usaha khususnya musholla, masjid, taman Al Quran, taman kanak-kanak, sekolah, pesantren, klinik, koperasi, dan lainnya. Ciptakan amal usaha sebanyak-banyaknya dan jadikan sebagai tonggak dakwah Muhammadiyah yang terus berkembang, maju dan berkelanjutan. Perlu diingat keseimbangan antara Muhammadiyah, Dakwah, Amal usaha dan kaderisasi dalam setiap upaya pembangunan di Muhammadiyah menuju kehidupan islam yang sebenar-benarnya.