PUISI --Di bawah langit yang kusam dan penuh janji, Ada sumpah yang terucap, bukan dari mulut yang terbakar amarah, Tapi dari jiwa yang haus kuasa, Yang merangkak dalam kegelapan, mencari cahaya harta.
Ini bukan sumpah serapah, Bukan kutukan yang lahir dari luka, Tapi sumpah serakah, Janji yang dipatri di atas emas dan perak, Di dada yang tak pernah penuh, tak pernah kenyang.
Sumpah itu berkata, “Aku ingin lebih, selalu lebih, Meski harus menjarah nurani, Merampas mimpi orang lain.”
Lidahnya licin, kata-katanya manis, Namun dalam setiap kalimat, ada niat tersembunyi, Untuk meraih apa yang tak pernah menjadi miliknya, Untuk membangun istana di atas air mata.
Di saat sumpah serapah lahir dari sakit, Sumpah serakah lahir dari rakus, Dan tak ada kata yang lebih pahit, Selain melihatnya tumbuh subur di ladang kepalsuan.
Tapi ingat, wahai kau yang bersumpah serakah, Di ujung setiap jalan yang kau tempuh, Ada bayang-bayang yang menanti, Menagih harga dari setiap janji yang kau langgar.