Bugiswarta.com, WAJO. Para guru di Era Disrupsi 4.0 senantiasa dituntut melakukan inovasi pada metode pembelajaran hypercontent agar aktifitas belajar peserta didik dapat mencapai target yang ditetapkan kurikulum.
Pencaaian itu lewat dukungan berbagai perangkat pembelajaran baik berupa kurikulum, rencana pengajaran, subyek materi ajar, media pembelajaran dan perangkat evaluasi dan tentunya pengelolaan pembelajaran secara profesioal oleh guru.
Demikian salah satu simpulan makalah Wakil Rektor II Unismuh Makassar, Dr. H. Andi Sukri Syamsuri, M.Hum, saat membawakan karya ilmiah berjudul, Kombinasi Tatap Muka dengan Daring (Dalam Jaringan) Pembelajaran Bahasa Indonesia Era Revolusi Industri 4.0
Makalah ini dibacakan pada, Lokakarya Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Literasi Budaya Digital di Era Disrupsi 4.0, Sabtu (26/10/2019) dihadapan guru-guru se-Kabupaten Wajo sekaligus pelantikan Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (HPBI) Wajo di ruangan Pola Kantor Bupati Kab Wajo.
Pelaksanaan lokakarya ini dari Pengurus HPBI Wajo, Musyawarah Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kabupaten Wajo, Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Universitas Puangrimaggalatung, ungkap anggota Tim Penyelia PPG Kemenristekdikti RI ini.
Dijelaskan, kedepan guru diharapkan dengan berbagai perangkat pembelajaran tersebut dihimpun pada suatu perangkat pembelajaran yang sekaligus memfasilitasi terjadinya aktivitas belajar melalui perangkat pembelajaran berupa Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) hypercontent, tandas Sekretaris Wilayah HPBI Sulsel ini.
Kombinasi pembelajaran tatap muka dan online kemudian disebut sebagai blanded learning. Tipe face to face online adalah pembelajaran menawarkan personalisasi pembelajaran dengan tetap disertai dengan kolaborasi antar peserta didik, ungkap Mahasiswa Teladan Nasional 1993 ini.
Mencipatkan pembelajaran yang diperkaya sumber-sumber belajar dari mana saja dan kapan saja, pembelajaran lebih fleksibel dan pemberian umpan balik tepat waktu sehingga dapat disebut pembelajaran dengan ombinasi face to face online ini sebagai salah satu metode pembelajaan hypercontent, tandas Sekretaris Umum Kerukunan Masyarakat Wajo (Kemawa) ini.