Bugiswarta.com, Jakarta - Direktur Relawan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Ferry Miursyidan Baldan menyoroti langkah Polisi mengamankan saksi dan relawan pendukung paslon 02 lantaran mempertanyakan proses rekapitulasi suara di salah satu kecamatan di Kabupaten Sampang yang tidak transparan.
Ferry menilai, langkah Polisi mengamankan masyarakat yang mempertanyakan hak suaranya dalam Pilpres itu berpotensi memancing amarah rakyat.
"Saya ingin sampaikan kejadian di Sampang itu adalah sebuah cermin yang saya kira akan menimbulkan sikap perlawanan. Ketika saksi kita mempertahankan dan mempertanyakan angka yang berbeda, dikeroyok dia ramai-ramai. Bukan kami panas-panasi, tapi kesadaran masyarakat sudah bergerak mengejar siapa yang mengeroyok saksi kita dalam rekapitulasi," kata Ferry di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat, 3 Mei 2019.
Peristiwa di Sampang bermula saat saksi untuk Prabowo Subianto memprotes panitia pemilu kecamatan (PPK) atas hasil perolehan suara. Saksi memprotes hasil penghitungan karena tidak cocok dengan salinan C1 yang ia pegang.
Ferry menilai, tindakan para saksi adalah cerminan dari sikap masyarakat yang menghendaki agar kontestasi demokrasi ini berjalan transparan. Sebab saat ini tengah ada upaya sistematis untuk mencurangi hasil pemilu.
"Jadi semua pendukung Prabowo-Sandi adalah orang yang cinta damai. Yang mengganggu suara mereka siapa? Yang mengintimidasi siapa? Yang memalsukan surat suara siapa? Yang mengubah-ubah hasil hitungan siapa? Makanya TSM itu bukan lagi terstruktur, sistematis dan masif, tapi tipu-tipu, salah entry, dan manipulasi," ucap Ferry.
Dalam kesempatan itu, Ferry juga menyinggung upaya paksa Polisi menurunkan baliho ucapan selamat kepada Prabowo-Sandi yang dipasang secara swadaya oleh masyarakat Cileungsi. Ferry mengatakan, persitiwa Cileungsi memberikan pesan tegas bahwa masyarakat tidak mau siapapun bertindak tidak adil, bertindak tidak jujur terhadap Pemilu.
"Apa salahnya ketika masyarakat memasang ucapan selamat di wilayah, mereka modal-modal sendiri, manjat-manjat sendiri, kok ya diturunkan ya? Harapan kami adalah, Pak Polisi kejarlah orang yang memanipulasi suara. Itu lah sesungguhnya musuh negara. Itulah sesungguhnya penghianat negara, dan itulah sesungguhnya yang akan menghancurkan NKRI," ucap Ferry.
Ferry menilai, langkah Polisi mengamankan masyarakat yang mempertanyakan hak suaranya dalam Pilpres itu berpotensi memancing amarah rakyat.
"Saya ingin sampaikan kejadian di Sampang itu adalah sebuah cermin yang saya kira akan menimbulkan sikap perlawanan. Ketika saksi kita mempertahankan dan mempertanyakan angka yang berbeda, dikeroyok dia ramai-ramai. Bukan kami panas-panasi, tapi kesadaran masyarakat sudah bergerak mengejar siapa yang mengeroyok saksi kita dalam rekapitulasi," kata Ferry di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Jumat, 3 Mei 2019.
Peristiwa di Sampang bermula saat saksi untuk Prabowo Subianto memprotes panitia pemilu kecamatan (PPK) atas hasil perolehan suara. Saksi memprotes hasil penghitungan karena tidak cocok dengan salinan C1 yang ia pegang.
Ferry menilai, tindakan para saksi adalah cerminan dari sikap masyarakat yang menghendaki agar kontestasi demokrasi ini berjalan transparan. Sebab saat ini tengah ada upaya sistematis untuk mencurangi hasil pemilu.
"Jadi semua pendukung Prabowo-Sandi adalah orang yang cinta damai. Yang mengganggu suara mereka siapa? Yang mengintimidasi siapa? Yang memalsukan surat suara siapa? Yang mengubah-ubah hasil hitungan siapa? Makanya TSM itu bukan lagi terstruktur, sistematis dan masif, tapi tipu-tipu, salah entry, dan manipulasi," ucap Ferry.
"Apa salahnya ketika masyarakat memasang ucapan selamat di wilayah, mereka modal-modal sendiri, manjat-manjat sendiri, kok ya diturunkan ya? Harapan kami adalah, Pak Polisi kejarlah orang yang memanipulasi suara. Itu lah sesungguhnya musuh negara. Itulah sesungguhnya penghianat negara, dan itulah sesungguhnya yang akan menghancurkan NKRI," ucap Ferry.