SIAPAKAH
KHALID BIN WALID?
Dia
bernama Khalid bin Walid bin Mughirah bin Abdullah bin Umair
bin Makhzum. Ia dijuluki saifullah (pedang Allah). Ia seorang
pahlawan Islam, panglima para mujahid, dan pemimpin pasukan yang selalu dibantu
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia tak pernah terkalahkan baik di masa
jahiliah maupun setelah Islam. Ia memiliki ide-ide yang cemerlang, keperkasaan
yang tiada tara, dan taktik yang jitu. Ia termasuk salah seorang juru tulis
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Gelarnya/kun-yahnya
adalah Abu Sulaiman.
Ayahnya
Ayahnya
bergelar Abdu Syams. Ia salah seorang hakim di kalangan bangsa Arab pada masa
jahiliah. Ia juga salah seorang pemimpin terkemuka suku Quraisy. Kekayaan yang
dimilikinya sangat banyak, sampai seluruh suku Quraisy mesti berkumpul untuk
membungkus Ka’bah dengan kiswah sementara ia cukup sendirian saja melakukannya.
Ia termasuk orang yang mengharamkan khamr di masa jahiliah. Ia
sempat bertemu dengan masa Islam pada saat berusia sangat lanjut, akan tetapi
ia memusuhi Islam dan menentang dakwahnya, sampai ia meninggal tiga bulan
setelah hijrah.
Ibunya
Ibunya
bernama Ashma’ atau yang dikenal dengan Lubabah kecil; putri al-Harits bin Harb
al-Hilaliah. Ia adalah saudari Lubabah besar; istri Abbas ibn Abdul Muththalib.
Keduanya merupakan saudari Maimunah binti al-Harits; istri Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Khalid
bin Walid adalah seorang penunggang kuda yang tangguh dan pahlawan suku
Quraisy. Ia terjun dalam Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandak di
barisan kaum musyrikin. Kemudian, ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan
kebaikan untuknya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memasukkan rasa cinta
Islam ke dalam hatinya.
Khalid
bin Walid telah mengikuti berbagai peperangan. Tak sejengkal pun bagian
tubuhnya melainkan terdapat “cap” syuhada (bekas besetan pedang atau tusukan
tombak). Ia pernah berkata, “Malam di kala aku dihadiahi seorang pengantin atau
aku diberi kabar gembira dengan kelahiran anakku tidaklah lebih aku sukai
daripada malam yang sangat dingin dalam barisan pasukan kaum Muhajirin di saat
paginya aku akan berhadapan dengan musuh.”
WALID
MENGAJAKNYA MASUK ISLAM
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam masuk ke kota Mekah dalam rangkaian umrah qadha.
Ikut bersama Rasulullah, al-Walid bin Walid –saudara Khalid bin Walid– yang
telah lebih dahulu masuk Islam daripada Khalid.
Walid
mencari-cari saudaranya, Khalid, tetapi tidak menemukannya. Ia pun menulis
sepucuk surat kepada saudaranya.
“Bismillahirrahmanirrahim.
Amma ba’d. Sesungguhnya aku tak menemukan sesuatu yang lebih mengherankan
daripada jauhnya pikiranmu dari Islam. Engkau seorang yang cerdas. Tak seorang
pun yang tidak mengenal agama seperti Islam. Aku pernah ditanya suatu kali oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dirimu.
Beliau bertanya,
‘Mana
Khalid?’
Aku
menjawab, ‘Semoga Allah memberinya hidayah.’
Beliau
bersabda lagi,
‘Orang
seperti Khalid tidak mengenai Islam? Andaikan ia gunakan kehebatan dan
ketangguhannya –yang selama ini ia gunakan untuk yang lain– bersama kaum
muslimin, tentu akan lebih baik baginya.’
Bergegaslah
wahai saudaraku untuk menjemput peluang-peluang kebaikan yang sempat luput
darimu.
KISAH ISLAMNYA
KHALID BIN WALID
Khalid
bin Walid menerima surat dari saudaranya.
Surat itu dibacanya dengan seksama. Ia sangat gembira mengetahui bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya
tentang dirinya. Hal itu semakin mendorongnya untuk masuk Islam. Akhirnya
Khalid mengarahkan jiwa dan nuraninya pada agama baru yang setiap hari
benderanya semakin naik dan berkibar. Cahaya keyakinan pun mulai berkilau di
hatinya yang suci. Ia berkata dalam hatinya, “Demi Allah, sungguh jalan inilah
yang kurus. Sesungguhnya dia (Muhammad) memang benar-benar seorang rasul.
Sampai kapan? Demi Allah aku harus segera menemuinya untuk mengutarakan
keislamanmu.”
Pada
malam itu Khalid bermimpi seperti berada di sebuah daerah sempit dan gersang.
Tak ada tanaman dan tak ada air. Kemudian ia pergi menuju daerah yang hijau dan
luas. Setelah bangun, Khalid berkata dalam hati, “sungguh ini sebuah mimpi yang
baik.”
Khalid
keluar dari rumahnya. Ia sudah bertekad untuk menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Mimpi yang ia alami semalam terus melekat dalam
pikirannya dan seolah-olah berada di depan kedua matanya. Ia mencari seseorang
yang bisa menemaninya menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Di
tengah jalan ia bertemu dengan Shafwan bin Umayyah. Khalid berkata pada
Shafwan, “Wahai Abu Wahb, tidakkah engkau perhatikan kondisi kita? Kita ibarat
gigi geraham sementara Muhammad telah menguasai bangsa Arab dan non-Arab. Kalau
kita datang menemui Muhammad lalu kita ikuti langkahnya, niscaya kemuliaan
Muhammad juga kemuliaan kita.”
Shafwan
bin Umayyah sangat enggan menerima ajakan Khalid. Ia berkata, “Andaikan tak ada
lagi yang tersisa selain diriku sendiri, sungguh aku tak akan pernah
mengikutinya selama-lamanya.”
Akhirnya
Khalid bin Walid meninggalkan Shafwan bin Umayyah. Ia berkata dalam hati,
“Orang ini, saudara dan bapaknya terbunuh di Perang Badar.”
Kemudian
Khalid berjumpa dengan Ikrimah bin Abu Jahal. Khalid berkata kepada Ikrimah
seperti yang dikatakannya kepada Shafwan bin Umayyah. Jawaban yang diberikan
Ikrimah juga sama dengan jawaban Shafwan bin Umayyah.
Lalu
Khalid kembali ke rumahnya dan mempersiapkan kudanya. Ia mulai melangkah.
Tiba-tiba ia bertemu dengan Utsman bin Thalhah yang merupakan sahabat dekatnya.
Ia menyampaikan rencananya untuk menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Ternyata Utsman menerima ajakannya. Akhirnya keduanya
pergi dengan tujuan yang sama. Di jalan mereka bertemu dengan Amru bin Ash.
Amru berkata pada keduanya, “Marhaban.”
“Marhaban bika,”
balas keduanya.
“Mau
ke mana kalian?” tanya Amru.
“Apa
yang menyebabkan engkau keluar di waktu begini?” keduanya balik bertanya.
“Kalau
kalian, apa yang menyebabkan kalian keluar?” Amru balas bertanya.
“Untuk
masuk Islam dan mengikuti Muhammad,” jawab Khalid dan Utsman serentak.
“Itulah
yang membuat aku datang ke sini,” timpal Amru sambil tersenyum.
Mereka
berangkat sampai tiba di Madinah. Di jalan, sebelum bertemu Rasulullah, Khalid
bertemu dengan saudaranya; al-Walid. Al-Walid berkata, “Cepatlah. Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengetahui
kedatanganmu dan beliau sangat gembira dengan kedatanganmu. Beliau sedang
menunggu kalian.”
Mereka
memeprcepat langkah dan segera masuk menemui Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Khalid lebih dulu masuk dan ia segera menyampaikan salam
pada Rasulullah. Rasulullah membalas salamnya dengan wajah berseri.
Khalid
segera berucap, “Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
bahwa engkau adalah utusan Allah.”
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Mari
ke sini!”
Ketika
Khalid bin Walid sudah mendekat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
“Segala
puji bagi Allah yang telah menunjukimu. Aku memang sudah melihat kecerdasan
dalam dirimu dan aku berharap semoga kecerdasan itu membawamu pada
kebaikan.”
Setelah
membaiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Khalid berkata,
“Wahai Rasulullah, aku telah banyak berada pada posisi yang menentang
kebenaran, maka berdoalah kepada Allah untuk mengampuniku.”
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Islam
akan menghapus segala dosa yang telah berlalu.”
Khalid
melanjutkan, “Wahai Rasulullah, doakanlah aku!”
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ya
Allah, ampunkanlah Khalid atas segala perbuatannya yang menghalangi manusia
dari jalan-Mu.”
Kemudian
Utsman bin Thalhah dan Amru ibnul Ash pun maju dan membaiat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Sejak
hari itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tak pernah
memberi sesuatu pun kepada para sahabatnya lebih banyak dari yang diberikannya
kepada Khalid bin Walid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah
berpesan kepada sahabat-sahabat yang lain,
“Jangan
sakiti Khalid karena sesungguhnya ia adalah pedang di antara pedang-pedang
Allah yang Dia hunuskan pada orang-orang kafir.”
Abu
Bakar ash-Shiddiq Menafsirkan Mimpi Khalid
Suatu
kali Khalid bin Walid berjumpa dengan Abu Bakar ash-Shiddiq. Ia berkata dalam
hati, “Aku akan sampaikan mimpi yang pernah kualami kepada Abu Bakar.”
Setelah
Khalid menceritakan kepada Abu Bakar mimpi yang ia alami, Abu Bakar berkata,
“Sesungguhnya daerah hijau yang luas itu adalah jalan keluar yang menjadi
tempat Allah menunjukimu pada Islam dan sesungguhnya daerah yang sempit itu
adalah masa yang engkau lalui dalam kemusyrikan.”
Pembebasan
Mekah
Khalid
bin Walid telah masuk Islam. Ia membelakangi tuhan-tuhan nenek moyangnya dan
seluruh bentuk pujaan kaumnya. Bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan kaum muslimin lainnya ia menyongsong dunia baru.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menakdirkannya berada di bawah
panji Rasulullah dan kalimat tauhid.
Pada
saat pembebasan Mekah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkannya
untuk masuk ke Mekah dari arah atas. Khalid dan orang-orang bersamanya masuk ke
Mekah dari tempat yang diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Ternyata ia dihadang oleh beberapa orang kaum Quraisy.
Di antara meraka ada Shafwan bin Umayyah, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Suhail bin
Amru. Mereka mengahalangi Khalid untuk masuk dan bahkan menghunus senjata serta
melemparinya dengan ketapel. Khalid mengobarkan semangat sahabat-sahabatnya dan
memerangi kaum Quraisy tersebut. Sebanyak 24 orang kaum Quraisy menemui ajal
sementara 2 orang kaum muslimin menemui syahadah. Akhirnya Allah Subhanahu
wa Ta’ala menyempurnakan pembebasan Mekah untuk Rasul-Nya dan segenap
kaum muslimin.
Diutus
untuk Menghancurkan Uzza
Patung
Uzza terletak di daerah Nakhlah. Suku Quraisy, Kinanah, dan Mudhar sangat
mengagungkannya. Orang-orang yang memelihara dan yang menjaganya adalah Bani
Syaiban (yang berasal) dari Bani Sulaim dan merupakan sekutu Bani Hasyim.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengutus Khalid bin Walid untuk menghancurkan Uzza. Ketika
penjaga patung Uzza yang berasal dari Bani Sulaim mendengar bahwa Khalid bin
Walid sedang menuju ke sana untuk menghancurkannya, ia segera menggantungkan
pedangnya di pundak patung Uzza tersebut. Kemudian ia naik ke atas bukit yang
terletak di dekat sana lalu berkata,
“Wahai
Uzza, siapkan dirimu, tak ada yang lain selainmu yang mampu menghadang Khalid
yang telah siaga. Siapkan dirimu, karena jika engkau tidak membunuh Khalid,
niscaya engkau akan ditimpa dosa yang dekat dan tak berdaya.”
Setelah
Khalid sampai di sana, ia segera menghancurkan Uzza. Setelah kembali,
Rasulullah bertanya kepadanya,
“Apa
yang engkau lihat?”
Khalid
menjawab, “Aku tidak melihat apa-apa.”
Rasulullah
menyuruhnya untuk kembali ke sana. Ketika Khalid sampai ke tempat itu, dari dalam
ruangan tempat patung Uzza dihancurkan keluarlah seorang wanita hitam yang
menguraikan rambutnya sambil menaburkan tanah ke kepala dan mukanya. Khalid
segera mengayunkan pedangnya dan berakhirlah hidup wanita itu. Khalid berkata,
“Wahai
Uzza engkau dikufuri dan dirimu tidak suci. Aku lihat Allah telah
menghinakanmu.”
Kemudian
Khalid menghancurkan rumah (ruangan) tempat patung itu lalu ia ambil seluruh
harta yang ada di sana. Setelah itu ia kembali. Ia ceritakan kepada Rasulullah
semua hal yang terjadi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Itulah
Uzza dan ia tak akan pernah disembah lagi untuk selama-lamanya.”
Bersambung….