Bugiswarta.com, Jakarta – Direktur Eksekutif Bimata Politica Indonesia (BPI) Panji Nugraha mengatakan, anjloknya rupiah ke level terendah Rp. 14.400/dollar AS sepanjang sejarah Indonesia mendapat protes keras publik. Pasalnya, publik khawatir anjloknya rupiah disusul dengan krisis moneter yang sama pada tahun 1998.
“Bagaimana public tidak khawatir soal anjloknya rupiah yang akan berdampak domino kepada persoalan-persoalan lain, dan disisi lain pemerintah saat ini diam saja seolah mati langkah dan tak mempunyai solusi jitu untuk menyelesaikan masalah ini”, tutur Panji Jakarta, 30 Juni 2018
Panji mengatakan, dampak anjloknya rupiah terhadap dolar AS memperburuk catatan Jokowi diakhir pemerintahannya. Pertama, sepanjangan Jokowi mempimpin tidak pernah sekalipun rupah perkasa atau minimal tembus diangka Rp. 11.000/dollar AS. Kedua, pemerintah Jokowi harus berpikir keras untuk membayar bunga hutang pemerintah yang naik berkali-kali lipat. Ketiga.
Rupiah termasuk mata uang terendah keempat versi the economist dan the richest dengan acuan Rp. 12.300/dollar AS bisa jadi dengan anjloknya rupiah ke angka Rp. 14.400/dollar AS membuat peringkat rupiah lebih memprihatinkan dari sekarang.
“Jokowi sebaiknya harus mengakui bahwa kinerjanya selama mengelola perekonomian Indonesia tidak berhasil atau gagal, baik dengan dalih bahwa hal tersebut disebabkan faktor eksternal. Kinerja Jokowi dalam mengelola ekonomi saat ini menjadi catatan penting bagi masyarakat untuk memilih atau tidaknya Jokowi periode berikutnya, akan tetapi jika melihat kinerja ekonomi Jokowi yang seperti ini wajar jika jika banyak pihak menginginkan 2019 Ganti Presiden”, tutup Panji.
“Bagaimana public tidak khawatir soal anjloknya rupiah yang akan berdampak domino kepada persoalan-persoalan lain, dan disisi lain pemerintah saat ini diam saja seolah mati langkah dan tak mempunyai solusi jitu untuk menyelesaikan masalah ini”, tutur Panji Jakarta, 30 Juni 2018
Panji mengatakan, dampak anjloknya rupiah terhadap dolar AS memperburuk catatan Jokowi diakhir pemerintahannya. Pertama, sepanjangan Jokowi mempimpin tidak pernah sekalipun rupah perkasa atau minimal tembus diangka Rp. 11.000/dollar AS. Kedua, pemerintah Jokowi harus berpikir keras untuk membayar bunga hutang pemerintah yang naik berkali-kali lipat. Ketiga.
Rupiah termasuk mata uang terendah keempat versi the economist dan the richest dengan acuan Rp. 12.300/dollar AS bisa jadi dengan anjloknya rupiah ke angka Rp. 14.400/dollar AS membuat peringkat rupiah lebih memprihatinkan dari sekarang.
“Jokowi sebaiknya harus mengakui bahwa kinerjanya selama mengelola perekonomian Indonesia tidak berhasil atau gagal, baik dengan dalih bahwa hal tersebut disebabkan faktor eksternal. Kinerja Jokowi dalam mengelola ekonomi saat ini menjadi catatan penting bagi masyarakat untuk memilih atau tidaknya Jokowi periode berikutnya, akan tetapi jika melihat kinerja ekonomi Jokowi yang seperti ini wajar jika jika banyak pihak menginginkan 2019 Ganti Presiden”, tutup Panji.