Bugiswarta.com, Bone -- Tepatnya hari ini, 2 Mei 2018. Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Hardiknas menjadi titik tolak untuk melakukan reformasi pendidikan nasional. Demi suksesnya reformasi dan untuk membentuk karakter unggul sebagai luaran dari pendidikan, tidak harus melalui metode indoktrinasi yang kaku. Membentuk karakter dan sikap positif perlu mengubah metode pengajaran sehingga siswa terbuka wawasan dan imajinasinya dalam menerima pelajaran.
Mestinya pendidikan dasar dan menengah memiliki lingkungan belajar yang nyaman dan ramah lingkungan. Mungkin memberikan nuansa yang lebih bersahabat dengan alam, mengedepankan aspek kebudayaan lokal serta bersendikan daya imajinasi.
SangDara Kajuara sebagai salah satu organisasi pemerhati seni dan budaya juga melontarkan tanggapan terkait hal tersebut. “Akar budaya yang telah lama tertanam sepertinya mulai tercabut secara perlahan. Nilai-nilai lokalitas mulai terhempas dari dunia pendidikan. Di Hari Pendidikan Nasional kali ini, sangat besar harapan kami agar sistem pendidikan lebih mengedapankan kearifan lokal yang sudah semestinya menjadi warna dalam proses pendidikan anak bangsa”, ungkap Aris Rinaldi, Ketua Umum Sangdara.
Melalui model pendidikan berkearifan lokal diharapkan anak didik memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Sehingga ketika memegang estafet pengabdian bangsa tidak mengecewakan dan dapat dibanggakan, terlebih dari daerahnya sendiri.
Aris, Mahasiswa asal Kajuara Kabupaten Bone ini menambahkan “Sistem pendidikan yang berkearifan lokal dapat melestarikan budaya, khususnya budaya Bugis Bone, nilai-nilai luhur yang diterapkan nantinya akan membentuk generasi yang berkarakter”.
Setidaknya dengan membawa kearifan lokal dunia masuk ke pendidikan, ada dua hal yang dapat dipetik yaitu kebudayaan lokal akan tetap lestari sehingga menunjukkan identitas orang Bugis sebagai suatu bagian kekayaan budaya Indonesia dan tonggak kurikulum 2013 yang menekankan pada pembentukan karakter berada pada capaian yang lebih baik.
(***)
Mestinya pendidikan dasar dan menengah memiliki lingkungan belajar yang nyaman dan ramah lingkungan. Mungkin memberikan nuansa yang lebih bersahabat dengan alam, mengedepankan aspek kebudayaan lokal serta bersendikan daya imajinasi.
SangDara Kajuara sebagai salah satu organisasi pemerhati seni dan budaya juga melontarkan tanggapan terkait hal tersebut. “Akar budaya yang telah lama tertanam sepertinya mulai tercabut secara perlahan. Nilai-nilai lokalitas mulai terhempas dari dunia pendidikan. Di Hari Pendidikan Nasional kali ini, sangat besar harapan kami agar sistem pendidikan lebih mengedapankan kearifan lokal yang sudah semestinya menjadi warna dalam proses pendidikan anak bangsa”, ungkap Aris Rinaldi, Ketua Umum Sangdara.
Melalui model pendidikan berkearifan lokal diharapkan anak didik memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Sehingga ketika memegang estafet pengabdian bangsa tidak mengecewakan dan dapat dibanggakan, terlebih dari daerahnya sendiri.
Aris, Mahasiswa asal Kajuara Kabupaten Bone ini menambahkan “Sistem pendidikan yang berkearifan lokal dapat melestarikan budaya, khususnya budaya Bugis Bone, nilai-nilai luhur yang diterapkan nantinya akan membentuk generasi yang berkarakter”.
Setidaknya dengan membawa kearifan lokal dunia masuk ke pendidikan, ada dua hal yang dapat dipetik yaitu kebudayaan lokal akan tetap lestari sehingga menunjukkan identitas orang Bugis sebagai suatu bagian kekayaan budaya Indonesia dan tonggak kurikulum 2013 yang menekankan pada pembentukan karakter berada pada capaian yang lebih baik.
(***)