Bugiswarta.com, Jakarta – Direktur Eksekutif Bimata Politica Indonesia mengatakan, kartu kuning yang dilontarkan oleh Ketua BEM UI Zaadit Taqwa saat kehadiran Jokowi di acara Dies Natalies UI menuai apresiasi publik. Pasalnya, saat para perwakilan Ketua BEM menjelaskan lebih rinci maksud dan tujuan memberikan kartu kuning Jokowi di acara Mata Najwa kemarin, semakin membuat publik membuka mata jika aksi yang dilakukan oleh BEM UI dilandaskan rasa empati terhadap ancaman kemanusiaan di Papua yang tidak tuntas dikerjakan oleh rezim Jokowi.
“Kartu kuning adalah sebuah kewajaran dalam berekspresi mengungkapkan protes kepada Pemerintah yang dianggap lalai dalam tragedi kemanusiaan di Asmat dan pehgunungan bintang di Papua, bahkan untuk mengekspresikan protes kepada rezim Jokowi saat ini beberapa tokoh dan organisasi buruh sudah mengeluarkan kartu merah untuk Jokowi, karena bukan hanya nasib anak-anak di Papua, akan tetapi seperti yang Zaadit Taqwa katakan kartu kuning ini adalah puncak dari gunung es dari seluruh persoalan-persoalan yang tidak diselesaikan oleh Jokowi”, tutur Panji .
Panji mengatakan, masyarakat mengapresiasi respon reaktif mahasiswa karena kematian 61 anak Asmat dan 23 balita di pegunungan bintang adalah tragedi kemanusiaan yang luar biasa, dan bukan hanya itu saja masyarakat berharap mahasiswa membawa agenda lainnya untuk mengungkap penderitaan rakyat dari soal harga pangan yang mahal, soal tarif listrik dan lainnya, karena ini adalah momentum baik dari marwah pergerakan mahasiswa yang saat ini dinilai jika pergerakan mahasiswa mati suri karena sibuk dengan urusan-urusan internal kampus semata.
“Zaadit Taqwa membawa semangat perubahan dan marwah pergerakan mahasiswa ke titahnya yaitu, dengan berani, idealisme dan sikap kritis mendobrak stigma keberhasilan yang banyak dilontarkan media di era Jokowi, bahwa dibalik infrastruktur puluhan ribu kilometer ini, ada persoalan kesenjangan yang tidak bisa diatasi oleh Pemerintah Jokowi, artinya pembangunan yang saat ini dibesar-besarkan tidak bisa menyelamatkan nasib anak-anak di Papua”, tutup Panji
Usman
“Kartu kuning adalah sebuah kewajaran dalam berekspresi mengungkapkan protes kepada Pemerintah yang dianggap lalai dalam tragedi kemanusiaan di Asmat dan pehgunungan bintang di Papua, bahkan untuk mengekspresikan protes kepada rezim Jokowi saat ini beberapa tokoh dan organisasi buruh sudah mengeluarkan kartu merah untuk Jokowi, karena bukan hanya nasib anak-anak di Papua, akan tetapi seperti yang Zaadit Taqwa katakan kartu kuning ini adalah puncak dari gunung es dari seluruh persoalan-persoalan yang tidak diselesaikan oleh Jokowi”, tutur Panji .
Panji mengatakan, masyarakat mengapresiasi respon reaktif mahasiswa karena kematian 61 anak Asmat dan 23 balita di pegunungan bintang adalah tragedi kemanusiaan yang luar biasa, dan bukan hanya itu saja masyarakat berharap mahasiswa membawa agenda lainnya untuk mengungkap penderitaan rakyat dari soal harga pangan yang mahal, soal tarif listrik dan lainnya, karena ini adalah momentum baik dari marwah pergerakan mahasiswa yang saat ini dinilai jika pergerakan mahasiswa mati suri karena sibuk dengan urusan-urusan internal kampus semata.
“Zaadit Taqwa membawa semangat perubahan dan marwah pergerakan mahasiswa ke titahnya yaitu, dengan berani, idealisme dan sikap kritis mendobrak stigma keberhasilan yang banyak dilontarkan media di era Jokowi, bahwa dibalik infrastruktur puluhan ribu kilometer ini, ada persoalan kesenjangan yang tidak bisa diatasi oleh Pemerintah Jokowi, artinya pembangunan yang saat ini dibesar-besarkan tidak bisa menyelamatkan nasib anak-anak di Papua”, tutup Panji
Usman