Bugiswarta.com, Selayar -- Peringatan Hari Sumpah Pemuda digelar
di halaman Markas Distrik Militer 1415 Kepulauan Selayar dengan melibatkan
segenap anggota TNI Kodim 1415 Kepulauan Selayar, para perwira, Pengurus Persit
Kartika Chandra Kirana dan Sipil Kodim 1415 Kepulauan Selayar.
Dandim 1415 Kepulauan Selayar, Letkol
ARM Yuwono, S.Sos., MM tampil selaku inspektur upacara didampingi perwira
upacara, Kapt. Inf. Busrah dan Komandan Upacara, Lettu Kav. Abd. Rasyid.
Rangkaian upacara Peringatan hari
sumpah pemuda yang diperingati secara rutin pada setiap tanggal 28 Oktober
diawali dengan pembacaan teks Pancasila dan Naskah Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945.
Dandim 1415 Kepulauan Selayar, Letkol
ARM Yuwono, S.Sos., MM selaku inspektur upacara menyatakan, Peringatan hari
sumpah pemuda yang jatuh pada setiap tanggal 28 Oktober, tahun 2017 ini
merupakan peringatan HSP ke 89, di mana rangkaian upacara menjadi salah satu
bentuk kegiatan yang rutin digelar untuk memperingati Momentum hari Sumpah
Pemuda, baik di tingkat instansi, sekolah, maupun di lingkungan institusi TNI
dan Polri.
Delapan puluh sembilan tahun yang lalu,
tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928, sebanyak 71 pemuda dari seluruh penjuru
tanah air, berkumpul di sebuah gedung di jalan Kramat Raya, daerah Kwitang
Jakarta.
Mereka mengikrarkan diri sebagai satu
nusa, satu bangsa, dan satu bahasa yaitu, Indonesia. Sungguh sebuah ikrar yang
sangat monumental bagi perjalanan bangsa Indonesia. Ikrar ini nantinya, 17
tahun kemudian melahirkan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal, 17
Agustus 1945.
Dikatakannya, sumpah pemuda dibacakan
pertama kali, di arena kongres ke 2, dihadiri oleh pemuda lintas suku, agama,
dan daerah. Jika kita membaca dokumen sejarah kongres pemuda ke-2, kita akan
menemukan daftar panitia dan peserta kongres yang berasal dari pulau-pulau
terjauh Indonesia.
Secara imaginatif sulit rasanya
membayangkan mereka dapat bertemu dengan mudah. Dari belahan barat Indonesia
terdapat nama Muhammad Yamin, seorang pemuda kelahiran Sawah Lunto Sumatera
Barat yang mewakili organisasi pemuda Sumatera, Jong Sumateranen Bond.
Dari belahan Timur Indonesia kita
menemukan pemuda bernama Johannes Leimena, Kelahiran Kota Ambon, Maluku,
mewakili organisasi pemuda Jong Ambon. Ada juga Katjasungkana dari Madura,
sementara Cornelis Lefrand Senduk, mewakili organisasi pemuda Sulawesi, Jong
Celebes.
Pernahkah kita membayangkan bagaimana
seorang Mohammad Yamin dari Sawah Lunto dapat bertemu dengan Johannes Leimena
dari Ambon ? Pernahkah kita membayangkan bagaimana seorang Katjasungkana dari Madura dapat bertemu
Leftrand Senduk dari Sulawesi ? bukan hanya bertemu, tapi mereka juga
berdiskusi, bertukar pikiran, mematangkan gagasan hingga akhirnya bersepakat
mengikatkan diri dalam komitmen Ke Indonesiaan.
Padahal jarak antara Sawah Lunto dengan
Kota Ambon, lebih dari 4000 kilometer. Hampir sama dengan jarak antara kota
jakarta ke kota Sanghai Cina. Sarana transportasi umum saat itu, masih
mengandalkan laut.
Dibutuhkan waktu berminggu-minggu untuk
bisa sampai ke kota mereka. Alat komunikasi pun masih terbatas, mengandalkan
korespondensi melalui kantor pos. Hari ini surat dikirim, satu dua bulan
kemudian barulah sampai di alamat tujuan.