Anis Longsor |
72
Tahun Indonesia Merdeka
(Kreatif
Tak Berbobot)
Peringatan
17 Agustus selalu semarak
Dari
sabang sampai Merauke
Upacara
meriah, pidato kenegaraan
Tak
mengubah nasib buruh di pabrik.
PHK
secara bergantian,
lapangan
kerja susahnya minta ampun
Pengangguran
semakin subur,
kriminal
semakin menjamur
Peringatan
17 Agustus selalu tepat waktu
Lagu
kebangsaan, harapan di akhir pidato
Tak
mengubah nasib petani
Kriminalisasi
marak terjadi
Harga
pupuk terus melonjak.
Pangan
semakin langka ulah mafia
Produksi
semakin menurun
Harga
padi merosot, beras melambung tinggi,
Negara
maritim rencana impor garam
Pejuang
lingkungan gampang masuk jeruji
Peringatan
17 Agustus tak pernah absen
Tak
mengubah sistem pendidikan
Komersialisasi
terus terjadi
Mafia
pendidikan kokoh bersarang
di
ruang rektorat
Pungutan
liar merajalela, mahasiswa kritis diadili
Militer
leluasa mengadili melindungi
maling
kampus
Peringatan
17 Agustus sekedar rutinitas
Tiap
tahun dimeriahkan dengan umbul-umbul merah putih
Bagaimana
nasib Papua?
Tiap
hari ada yang mati, banyak yang kritis
Karena
peluru tajam, tabrak lari sampai pemarangan
Tragedi
Biak, Dogiyai sampai Deiyai
Bagaimana
pembangunan daerahnya?
Padahal
tambang emas terbesar dunia ada di sana.
Kolonial
Indonesia justru membangun pangkalan militer
Dan
menghukum penduduk asli
yang
minta merdeka
Tak
ubahnya pejuang nusantara merebut Indonesia dari Belanda dan Jepang
Peringatan
17 Agustus hanya seremoni
Jalan
santai dan turnamen tidak memperbaiki nasib
Merdeka
itu tidak sekedar jalan kaki
ataupun
berturnamen
Pendahulu
itu melawan bukan melelang.
72
tahun Indonesia merdeka
masih
takut dengan logo
Membenci
kapitalis tapi berkoalisi dengan Raja Salman,
KREATIF
TAK BERBOBOT APALAGI BERMAKNA