Oleh Irfan Irmawan Catatan Jelang HUT RI 72
Masyarakat Indonesia terlalu disibukkan dengan agenda-agenda
menghakimi satu sama lain motivnya bermacam-macam bisa jadi truth claim, padahal berdialek
hanya untuk menentukan siapa yang paling objektif.
Karena terlalu asik dengan situasi tersebut sehingga lupa
membangun kesadaran kolektif, lupa bahwa kekayaan nasional semakin keterlaluan
mengalir keluar negeri setiap tahunya. Ini yang di sebut oleh Bung Karno
"Capital Outflow" atau kita menyebutnya "net outflow Of national
wealth".
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
mengusai hajat hidup orang banyak telah di kuasai oleh mekanisme pasar, siapa
saja bisa membelinya karena uang menjadi jaminanya.
Bahkan Lembaga Negara sekelas Bada usaha milik negara (BUMN) ditawarkan kepada para
oligarki. Sementara masyarakat kita disuruh menyerah sebelum berperang oleh
pemerintah, Kita diwajibkan taat dan sopan santun kepada orang-orang kaya yang
memeras keringat rakyat Indonesia.
Di sisi lain kita memang harus ambil kebaikan-kebaikan dari
sistem ekonomi Kapitalis dan kita pelihara nilai-nilai positif dari sistem
ekonom Sosialis. Lalu keduanya melebur menjadi satu "ekonomi Kerakyatan" Itu teori sederhana dalam melaksanakan kebijakan ekonomi
nasional yang di gagas oleh para pendiri bangsa.
Bagaimana dengan Pemerintah Hari ini ? mereka Menyerah pada
kekuatan modal, pembangunan insfrastrukturnya di awali dengan meminjam uang
(Hutang). NAWA CITA HANYA WACANA.
USMAN