Kemaksiatan sekalipun dianggap kecil
dapat membinasakan pelakunya, menunda pertolongan Allah datang padanya, dan
akan mendatangkan murka Allah padanya. Kemaksiatan adalah hal yang membahayakan
bagi manusia, dampaknya bisa langsung dirasakan oleh pelakunya.
Imam Malik pernah berpesan kepada Imam
Syafi’i dan memberikan nasehat kepada muridnya itu, beliau berkata “Aku
melihat, Allah telah meletakkan sinar di dalam hatimu. Janganlah kau padamkan
sinar itu dengan kegelapan maksiat, sebab sinar itu akan terus melemah apabila
kegelapan maksiat menguat, hingga hati menjadi bagaikan malam gulita. Banyak
sekali sesuatu yang dapat membinasakan manusia, tapi ia tidak dapat melihat
seperti orang buta yang keluar pada malam hari dijalan yang berbahaya.”
Begitulah maksiat yang diibaratkan oleh
Imam Malik, maksiat dapat membutakan hati, seperti butanya seseorang yang buta
matanya lalu keluar dimalam hari yang berbahaya. Bagaimana jadinya bila ada
seorang yang buta penglihatannya berjalan di malam hari yang gelap gulita?
Maksiat juga dapat mendatangkan keresahan
hati, mendatangkan kesulitan, melemahkan jiwa dan raga, mengikis keberkahan,
menghalangi ketaatan, juga dapat menghalangi datangnya rezeki. Dalam Musnad
diterangkan bahwasannya Rasulullah pernah bersabda “Seorang hamba tidak
mendapatkan rezeki karena dosa yang ia kerjakan”.
Adapula maksiat yang pelakunya tidak
diberikan maaf dan tertutup pintu tobat baginya. Dialah orang yang kata Imam
Ibnul Qayyim Aljauziyyah dalam kitab Ad-Da’u wa ad Dawa “Merasa bangga setelah
berbuat maksiat hingga mengobral kisahnya kepada orang lain”. kemudian beliau
mengutip hadist Rasul yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari:
“Semua umatku diberi maaf kecuali orang
yang berbuat dosa terang-terangan. Sesungguhnya Allah menutupi aib seorang
hamba-Nya, namun pada pagi harinya, ia justru membeberkan sendiri apa yang ia
lakukan. Ia berkata ‘Aku telah berbuat ini dan itu pada hari ini dan itu.’
Maka, ia telah membuka pintu rahasia dirinya, padahal semalam ia ditutupi oleh
Tuhannya.”
Tidak ada kemaksiatan yang paling besar
selain menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain, termasuk mencela
syariat-Nya yang mulia. Hari ini, kita bisa menyaksikan tidak sedikit orang
yang berbondong-bondong mengatakan bahwa “Syariat islam itu usang dan tak
pantas untuk ditegakkan”. Padahal, mereka yang mengatakan hal tersebut adalah
orang yang mengaku sebagai seorang muslim. Boleh jadi, “Mereka itulah orang
yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan
mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk,” (Q.S Al-Baqarah: 16).
Inilah orang yang rusak akalnya, yang
menuntunnya dengan hawa nafsu. Sebagian ulama salaf mengatakan “Tiada seorang
pun yang melanggar perintah Allah kecuali akalnya berkurang.”
Hati-hatilah dengan kemaksiatan, karena
kemaksiatan dapat merugikan kita, merusak amalan ibadah, dan membawa kita pada
kehinaan. Hasan Bashri mengatakan “Bagaimanapun keadaannya, sesungguhnya
kerendahan dan kehinaan tidak akan pernah berpisah dari hati mereka. Allah
tidak suka merendahkan manusia kecuali orang yang melanggar perintah-Nya”.
Jauhilah kemaksiatan, sekecil apapun itu.
Khawatirlah apabila kita telah menganggap biasa dosa-dosa yang kita lakukan.
Bisa jadi, itu adalah azab yang Allah timpakan kepada kita, karena sesungguhnya
“Hukuman terberat atas sebuah dosa” kata Ibnul Jauzi dalah Shaidul Khatir
“adalah perasaan tidak berdosa.” Wallau’alam bishawab.
MULIANA AMRI