Mengetahui
persyaratan yang diajukan oleh Timo Daeng Mamanjeng itu, Arung Bulo-Bulo tanpa
berpikir panjang langsung saja menyetujui syarat yang diajukan oleh Timo
Daeng Mamanjeng. Oleh karena itu, pada malam harinya, Timo Daeng Mamanjeng
mengundang seluruh pendekar–pendekar kampung untuk mempersatukan persepsi
mereka dalam mengembang tugas perwakilan sebagai pengganti pelaksana tugas
dan tanggung jawab Arung Bulo-Bulo yang mendapat undangan kehormatan
oleh Arung Bone untuk menuntaskan masalah besar yang terjadi di Peneki.
Untuk
itu, diadakan segera pertemuan singkat oleh Timo Daeng Mamanjeng di
kediamannya. Pada malam pertemuan itu, sempat dihadiri oleh enam orang
anggota ponggawa kampung dengan berbagai keahlian, ditambah dengan
beberapa orang pembantu yang akan bertugas untuk membawa persenjataan dan
perbekalan dan sebagainya menuju medan juang yang telah direncanakan.
Hari-hari
telah berlalu, persiapan telah matang, tiba pulalah hari keberuntungan
maka sebelum ayam berkokok berangkatlah pasukan Timo Daeng Mamanjeng
menuju peneki. Sebuah Kampung yang jauh dari Bulo-Bulo. Kampung itu memiliki
jarak tempuh kurang lebih satu hari satu malam. Oleh karena itu, rombongan Timo
Daeng Mamanjeng memperkirakan akan tiba tepat lewat tengah malam di tempat
tujuan.
Walhasil,
perkiraan jarak tempuh yang diprediksi oleh rombongan Timo Daeng Mamanjeng
tidak terlalu jauh meleset. Tepat pukul 02.30 tibalah rombongan Timo Daeng Mamanjeng
di medan laga. Dengan berbekal peta sederhana yang dibuat sendiri oleh pembantu
Timo Daeng Mamanjeng yang memiliki otoritas keahlian tentang itu,
maka diataurlah segala sesuatunya berdasarkan petunjuk peta tersebut. (Bersambung...)
Oleh
: Supriadi/A. Rauf TM Pasanre