Ir. Soekarno memainkan peranan sentral dalam sejarah memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia juga adalah penggali dasar negara, Pancasila, serta proklamator kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Soekarno dilahirkan dengan nama Kusno Sosrodiharjo. Ayahnya bernama Raden Sukemi Sosrodiharjo, seorang guru di Surabaya, Jawa. Ibunya, Ida Ayu Nyoman Rai, berasal dari Bali.
Pada usia 14 tahun, sahabat ayahnya bernama Haji Oemar Said (H.O.S) Tjokroaminoto mengajak Soekarno tinggal di Surabaya dan menyekolahkannya ke Hoogere Burger School (H.B.S) sambil mengaji di rumah Tjokroaminoto. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para pemimpin Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin oleh Tjokroaminoto saat itu.
Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa). Setelah lulus dari H. B. S. pada tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan lulus pada tahun 1925. Ketika Soekarno di Bandung, ia berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker yang memimpin National Indische Partij.
Soekarno kemudian bergabung dengan organisasi Jong Java (Pemuda Jawa). Setelah lulus dari H. B. S. pada tahun 1920, Soekarno melanjutkan ke Technische Hoge School (sekarang ITB) di Bandung, dan lulus pada tahun 1925. Ketika Soekarno di Bandung, ia berinteraksi dengan Tjipto Mangunkusumo dan Dr. Douwes Dekker yang memimpin National Indische Partij.
Pada tahun 1926, Soekarno mendirikan Algemene Studie Club di Bandung, yang kemudian berkembang menjadi Parta Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927. Kegiatan Soekarno di PNI menyebabkan dirinya ditangkap Belanda pada bulan Desember 1929-masa dimana ia memunculkan pledoinya yang fenomenal : Indonesia Menggugat--dan dibebaskan pada 31 Desember 1931.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus tahun 1933, diasingkan ke Ende, Flores, lalu dipindahkan ke Bengkulu. Semasa di Ende itulah Soekarno mendalami Islam dan belajar kembali mengenai pemikiran dan teori-teori politik, yang kemudian mengilhaminya dalam perumusan Pancasila.
Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali ditangkap pada bulan Agustus tahun 1933, diasingkan ke Ende, Flores, lalu dipindahkan ke Bengkulu. Semasa di Ende itulah Soekarno mendalami Islam dan belajar kembali mengenai pemikiran dan teori-teori politik, yang kemudian mengilhaminya dalam perumusan Pancasila.
Pada masa awal kekuasaan Jepang (1942-1945), Jepang tidak memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia, terutama untuk "mengamankan", keberadaan Jepang di Indonesia. Ini terlihat pada gerakan 3A di mana tokohnya Shimizu dan Mr. Syamsuddin, terbilang kurang populer. Namun pemerintahan pendudukan Jepang kemudian mulai memperhatikan dan sekaligus memanfaatkan tokoh-tokoh seperti Soekarno, Mohammad Hatta dan lain-lain guna menarik hati penduduk Indonesia. Dalam berbagai organisasi seperti Jawa Hookokai, Pusat Tenaga Rakyat (Putera), BPUPKI, dan PPKI, tokoh-tokoh seperti Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H Mas Mansyur dilibatkan oleh Jepang, dan mereka dipaksa untuk mau bekerja sama dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia; meski ada pula yang melakukan gerakan bawah tanah seperti Sutan Syahrir dan Amir Sjarifuddin yang menganggap Jepang adalah fasis yang berbahaya.
Pada tahun 1943, Perdana Menteri Jepang Hideki Tojo mengundang tiga tokoh Indonesia yakni Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo ke Jepang dan diterima langsung oleh Kaisar Hirohito, bahkn kaisar memberikan Bintang Kekaisaran (Ratna Suci) kepada tiga tokoh Indonesia tersebut. Penganugerahan Bintang itu membuat pemerintahan pendudukan Jepang terkejut karena pemberian Bintang tersebut mengandung arti bahwa ketiga tokoh Indonesia itu dianggap sebagai keluarga Kaisar Jepang sendiri.
Pada bulan Agustus 1945, Soekarno diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat, Vietnam, di mana Marsekal Terauchi menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri. Soekarno kemudian dituduh oleh Belanda menjalin kerja sama dengan Jepang karena keterlibatan Soekarno dengan dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang, antara lain pengerahan tenaga kerja paksa romusha.
Pada bulan Agustus 1945, Soekarno diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara di Dalat, Vietnam, di mana Marsekal Terauchi menyatakan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah urusan rakyat Indonesia sendiri. Soekarno kemudian dituduh oleh Belanda menjalin kerja sama dengan Jepang karena keterlibatan Soekarno dengan dalam badan-badan organisasi bentukan Jepang, antara lain pengerahan tenaga kerja paksa romusha.
Soekarno bersama para tokoh nasional lain mulai mempersiapkan diri menjelang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Dalam sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno memberikan pidato tanpa teks mengenai dasar-dasar negara merdeka yang hendak dibentuk.
Sumber : Speeches That Changed The World, Haris Munandar.
Oleh : Muliana Amri