Rasa kecewa yang tak dapat disembunyi oleh Arung Bulo-Bulo, begitu sangat jelas terlihat diwajahnya. Namun pada akhirnya, dengan tekad dan semangatnya menentukan sendiri pilihannya dengan menawarkan kepada Timo Daeng Mamanjeng. Seorang putra Kaloling yang memang memiliki jejak keberanian yang sudah tidak diragukan lagi oleh Arung Bulo-Bulo bahkan oleh masyarakat Bulo-Bulo pada saat itu.
Arung Bulo-Bulo sangat yakin dengan alternatif pilihannya itu. Harapan keberhasilan dalam penentuan pilihannya yakin betul sempurna. Arung kenal benar sepak terjang kesatria putra Kaloling, saudara Timo Daeng Mamanjeng.
Sungguhpun demikian, Timo Daeng Mamanjeng tidak serta merta menerima tawaran yang disampaikan oleh pemuda itu. Akan tetapi Timo Daeng Mamanjeng memohon kesempatan untuk memikirkan secara matang. Kemudian, sebelum pemuda itu meninggalkan rumah kediaman Timo Daeng Mamanjeng, maka berpesanlah Timo Daeng Mamanjeng kepada Pemuda itu.
"Dengan sembah sujudku, sampaikan segera kepada Arung Bulo-Bulo bahwa bersabarlah menanti petunjuk yang memberkahi kepastian itu. Hamba kini (Timo Daeng Mamanjeng) siap bersegera dengan do'anya", ucapnya.
Setelah mempertimbangkan selama satu hari satu malam, maka Timo Daeng Mamanjeng menyanggupi permintaan Arung Bulo-Bulo dengan mengajukan persyaratan. Syaratnya sebagai berikut: Timo Daeng Mamanjeng siap sedia untuk mewakili Arung Bulo-Bulo, tetapi dirinya harus menentukan atau memilih sendiri siapa-siapa yang akan mendampinginya, tanpa campur tangan Arung di dalamnya.
Kalau sekiranya syarat itu dipenuhi Arung, maka Timo Daeng Mamanjeng, sang ksatria Bugis dari tanah Kaloling berani untuk diterjunkan ke medan sasaran sebagai pengganti Arung Bulo-Bulo sekaligus wakil kehormatan dari wilayah kekuasaan kerajaan atau Arung dari Tellullimpoe (Tondong, Bulo-Bulo, dan Lamatti). (Bersambung)
Oleh : Supriadi/A. Rauf TM Pasanre
Arung Bulo-Bulo sangat yakin dengan alternatif pilihannya itu. Harapan keberhasilan dalam penentuan pilihannya yakin betul sempurna. Arung kenal benar sepak terjang kesatria putra Kaloling, saudara Timo Daeng Mamanjeng.
Sungguhpun demikian, Timo Daeng Mamanjeng tidak serta merta menerima tawaran yang disampaikan oleh pemuda itu. Akan tetapi Timo Daeng Mamanjeng memohon kesempatan untuk memikirkan secara matang. Kemudian, sebelum pemuda itu meninggalkan rumah kediaman Timo Daeng Mamanjeng, maka berpesanlah Timo Daeng Mamanjeng kepada Pemuda itu.
"Dengan sembah sujudku, sampaikan segera kepada Arung Bulo-Bulo bahwa bersabarlah menanti petunjuk yang memberkahi kepastian itu. Hamba kini (Timo Daeng Mamanjeng) siap bersegera dengan do'anya", ucapnya.
Setelah mempertimbangkan selama satu hari satu malam, maka Timo Daeng Mamanjeng menyanggupi permintaan Arung Bulo-Bulo dengan mengajukan persyaratan. Syaratnya sebagai berikut: Timo Daeng Mamanjeng siap sedia untuk mewakili Arung Bulo-Bulo, tetapi dirinya harus menentukan atau memilih sendiri siapa-siapa yang akan mendampinginya, tanpa campur tangan Arung di dalamnya.
Kalau sekiranya syarat itu dipenuhi Arung, maka Timo Daeng Mamanjeng, sang ksatria Bugis dari tanah Kaloling berani untuk diterjunkan ke medan sasaran sebagai pengganti Arung Bulo-Bulo sekaligus wakil kehormatan dari wilayah kekuasaan kerajaan atau Arung dari Tellullimpoe (Tondong, Bulo-Bulo, dan Lamatti). (Bersambung)
Oleh : Supriadi/A. Rauf TM Pasanre