BUGISWARTA.com, Makassar -- Alumni Universitas Hasanuddin yang tergabung dalam IKA UNHAS Belanda bekerjasama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia Groningen (PPIG) menggelar sebuah forum diskusi bertajuk : Indonesia Science Cafe (ISC) dengan tema “Membangun Sinergitas Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah; Peluang dan Tantangan” dan mengundang Bupati Bantaeng Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M. Agr. dan Prof. Dr. H. M. Wasir Thalib, M.S sebagai pembicaranya. Minggu, April 2017.
Menurut ketua IKA UNHAS Belanda, Amalia Mulia utami, Bupati Bantaeng diundang karena beliau sudah mendapat pengakuan publik bukan hanya di Bantaeng dan Sulawesi Selatan tapi juga di tingkat nasional dengan terobosan dalam berbagai sektor termasuk di dalamnya membangun kemitraan.
"Prof. Nurdin sebagai kepala daerah dari kalangan akademisi dan praktisi tentunya bisa berbicara banyak dan berbagi pengalaman, dan inilah yang kita mau dengar secara langsung. Bupati Bantaeng menurut kami telah berhasil membangun sebuah system pemerintahan yang baik jadi siapapun yang memimpin sepanjang sistem yang dibangun tetap dijalankan maka Bantaeng akan tetap maju bahkan lebih berkembang kedepannya", puji Amalia.
"Prof. Dr. H.M. Wasir Talib, MS. diundang sebagai pembicara karena kapasitas beliau sebagai ketua Dewan Riset Provinsi Sulawesi Selatan yang tentunya bisa berbicara tentang bentuk dan proses kerjasama yang telah dan sedang dijalankan antara pemerintah dan perguruan tinggi termasuk tantangan yang dihadapi dalam proses tersebut", tambah ketua IKA UNHAS Belanda yang sementara menempuh pendidikan S3 (Ph.D) di University of Amsterdam.
Sementara Prof. Wasir sebagai pembicara kedua memaparkan mengenai kategori negara maju. Ia mengatakan,
"Empat kategori negara maju, mulai dari kriteria negara paling maju sampai negara paling terkebelakang yang pada intinya bahwa dari berbagai variabel penentu suatu negara bisa maju atau tidak sangat ditentukan oleh sumber daya manusianya", paparnya.
Prof.Waris menambahkan, "Tentunya sumber daya manusia yang bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh aparat pemerintah mulai dari pusat sampai ke daerah, sumber daya manusia yang bisa bersinergi baik secara individu, kelompok ataupun dalam hubungannya dengan pemerintah, namun tidak banyak daerah yang berhasil memanfaatkan para tenaga ahli atau pakar yang kita miliki, selain itu anggaran yang dialokasikan untuk penelitian dan pengembangan masih tergolong minim".
Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Kerajaan Belanda, I Gusti Agung Wisaka Puja yang turut hadir membuka acara menyampaikan harapan agar anak muda yang sementara menempuh pendidikan di Belanda nantinya bisa kembali ke tanah air dan bisa membangun bangsa.
Harapannya para para peserta yang hadir bisa berperan aktif dalam mewujudkan Indonesia Incorporate yang mana semangatnya bersumber dari anak muda. Hal ini hanya bisa dibangun dan terjawab karena ketika kalian semua mampu bersinergi, punya jiwa competitiveness seperti orang Jepang yang menganut istilah “ichiban” atau “be number one”, tambahnya.
Kegiatan Indonesia Science Cafe (ISC) ini diinisiasi oleh divisi ilmiah dan kajian strategis PPI Groningen-Belanda yang diketuai oleh anak Muhammad Yaqoub yang selama ini rutin melakukan kajian dan diskusi terkait permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini.
Padahal
pembangunan nasional bisa tercapai jika pembangunan di daerah dapat
terlaksana dengan baik dengan adanya sinergitas antara pemerintah dan
kalangan intelektual (akademisi), tambah Ketua Panitia, Muhammad Akbar
yang juga alumni Unhas ini.
Menurutnya, PPI Groningen merasa berkewajiban untuk berkontribusi kepada bangsa Indonesia yang bisa dimulai dengan membuka forum diskusi ilmiah yang dikemas secara santai namun tetap dibalut suasana akademik untuk bersama-sama membahas kontribusi apa yang bisa diberikan kepada bangsa Indonesia. Harapannya melalui forum diskusi yang rutin mereka lakukan ini nantinya akan lahir sebuah rekomendasi sebagai langkah awal dari kontribusi terhadap bangsa Indonesia.
Sekedar diketahui forum diskusi ini dihadiri oleh 100 orang peserta dari kalangan mahasiswa dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang lebih dari separuhnya saat ini menempuh studi di jenjang doktoral. Kegiatan ini adalah sebagai bentuk tindak lanjut dari hasil analisis kebijakan yang dilakukan dimana didapatkan bahwa kerjasama antara perguruan tinggi dan pemerintah daerah masih belum optimal.
RIFQI ISMULAIL/MULIANA AMRI