BUGISWARTA.com, Pangkep - Musim panen Padi awal tahun 2017 bagi ST Aisyah, seorang petani di Majennang Tonasa Pangkep, kurang berhasil mendapatkan gabah secara maksimal.
Aisyah ditemui kepada bugiswarta.com Senin (27/3/2017) menegaskan semua itu disebabkan cuaca yang tidak bersahabat, guyuran hujan terus menerus menjadikan lahan yang siap panen terganggu dan tergenang banjir, menjadikan produksi gabah tidak sesuai yang diharapkan.
ST Aisyah dan beberapa petani disekitar sawahnya hanya sabar dan menerima hasil yang ada saja. Lahan yang dimilikinya sekitar 15 are. Padi menguning dan siap panen itu mengalami kerusakan terendam banjir.
"Akibar banjir, padi tidak dapat dipanen mengunakan mobil pemanen yang sangat efesien dan efektif sistem kerjanya. Padi rebah diterjang banjir sehingga mobil panen tidak dapat digunakan memanen," ungkapnya
Beberapa petani yang senasib dengan Aisyah, yakni Kahar dan Salma. Hanya saja kedua petani itu tetap menggunakan mobil pa'sangki (mobil pemanen) meskipun tanaman padi rebah.
Bagi Aisyah dengan pola panen manual, memanen lahan padi itu butuh waktu cukup lama dengan cuaca kadang tidak mendukung, biasanya gabah yang dihasilkan 15 karung jika tanaman padi bagus akan tetapi, jika sedang mengalami kegagalan hanya sedikitnya 10 karung saja, ujar wanita kelahiran Tonasa itu.
Aisyah diuntungkan dengan letak sawahnya tidak jauh dari kediamanya , sehingga tidak memakan biaya besar. Hanya berjalan kaki saja untuk sampai ketujuannya.
Laporan:Islamiaty Muhammad Ali
Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastera Indonesia
STKIP Yapim Maros
Aisyah ditemui kepada bugiswarta.com Senin (27/3/2017) menegaskan semua itu disebabkan cuaca yang tidak bersahabat, guyuran hujan terus menerus menjadikan lahan yang siap panen terganggu dan tergenang banjir, menjadikan produksi gabah tidak sesuai yang diharapkan.
ST Aisyah dan beberapa petani disekitar sawahnya hanya sabar dan menerima hasil yang ada saja. Lahan yang dimilikinya sekitar 15 are. Padi menguning dan siap panen itu mengalami kerusakan terendam banjir.
"Akibar banjir, padi tidak dapat dipanen mengunakan mobil pemanen yang sangat efesien dan efektif sistem kerjanya. Padi rebah diterjang banjir sehingga mobil panen tidak dapat digunakan memanen," ungkapnya
Beberapa petani yang senasib dengan Aisyah, yakni Kahar dan Salma. Hanya saja kedua petani itu tetap menggunakan mobil pa'sangki (mobil pemanen) meskipun tanaman padi rebah.
Bagi Aisyah dengan pola panen manual, memanen lahan padi itu butuh waktu cukup lama dengan cuaca kadang tidak mendukung, biasanya gabah yang dihasilkan 15 karung jika tanaman padi bagus akan tetapi, jika sedang mengalami kegagalan hanya sedikitnya 10 karung saja, ujar wanita kelahiran Tonasa itu.
Aisyah diuntungkan dengan letak sawahnya tidak jauh dari kediamanya , sehingga tidak memakan biaya besar. Hanya berjalan kaki saja untuk sampai ketujuannya.
Laporan:Islamiaty Muhammad Ali
Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa dan Sastera Indonesia
STKIP Yapim Maros