Ketua Kelompok Petani Kelapa Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau.
JAKARTA, Bugiswarta.com -- Sekelompok pengusaha industri berbahan baku buah kelapa yang tergabung dalam Himpunan Industri Pengolahan Kelapa Indonesia (Hipki) secara lantang meminta kepada pemerintah untuk sesegera mengeluarkan larangan ekspor buah kelapa ke luar negeri.
Alasannya, ketersediaan buah kelapa segar sebagai bahan baku atau raw material coconut bagi industri pengolahan kelapa saat ini terus menyusut.
Imbasnya, produksi industri pengolahan kelapa dalam negeri merosot sebanyak 30-50 persen.
"Datanya valid, berrdasarkan sensus pertanian, buah kelapa yang tersedia saat ini secara total sebanyak 12,9 miliar butir. Sementara kebutuhan kelapa dalam negeri di tahun 2015 sebanyak 14,63 miliar butir," ujar
Wakil Ketua Umum HIPKI, Amrizal Idroes, di Jakarta, Kamis (21/4).
Wakil Ketua Umum HIPKI, Amrizal Idroes, di Jakarta, Kamis (21/4).
Amrizal menuding petani kelapa sebagai biang kerok atas defisit ketersediaan buah kelapa. Petani, kata Amrizal, lebih memilih ekspor buah kelapa segar baik ekspor legal maupun ilegal. Selain itu, disebabkan juga dari turunnya produktivitas tanaman akibat El Nino (kemarau), kondisi tanaman yang sudah tua, tak adanya peremajaan, dan alih fungsi lahan perkebunan
Siap Tebang Pohon
Dilain pihak, petani buah kelapa menolak usulan HIPKI agar pemerintah melarang ekspor. Bahkan mereka menuding, para pengusaha justru selama ini telah menginjak-injak petani dengan memberlakukan harga seenak hatinya.
"Sudah lama kami diberlakukan tidak manusiawi oleh pengusaha. Mereka kasih harga dibawah seribu rupiah per kilo. Saat ada celah ekspor, yah kami lakukan karena harganya lebih bagus," ujar Ketua Kelompok Petani Kelapa Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau, Muhaimin Tallo dalam di Jakarta, Kamis (21/4) malam.
Menurut Muhaimin, saat petani sudah tahu harga dari perusahaan di luar negeri lebih bagus, barulah pengusaha dalam negeri menaikkan harga. Itupun tergantung kualitas kelapanya.
Dia menjelaskan, harga jual kelapa utuh dari petani ke industri pengolahan dalam negeri dibedakan berdasarkan kulitas kelapa tersebut. Kategori A dengan kualitas kelapa baik dan besar dihargai Rp2.700 per kilogram (kg).
"Sementara untuk Kategori B dengan kelapa tercungkil atau ukuran kecil seharga Rp1.300 per kg. Dan Kategori C untuk kelapa rusak hanya dihargai Rp500 per kg," imbuh dia.
Namun, jika diekspor, semua kelapa dihargai sama dan tidak dibedakan berdasar ukuran. "Kalau untuk ekspor, semuanya dihargai Rp2.700 per kg. Coba dibayangkan, bedanya berapa," tukas Muhaimin.
Jika pemerintah mengikuti kemauan kalangan industri dan tidak memihak petani, maka para petani mengancam akan menebang ribuan hektare lahan pohon kelapa menjadi lahan kelapa sawit.
"Kami akan tebang habis. Selama bertahun-tahun kita ditekan terus oleh perusahaan untuk menjual murah kelapa kita. Dan kami tidak akan tunduk dengan kemauan mereka," ujar Muhaimin.
Sikap keras petani itu bisa dimaklumi. Pasalnya, mayoritas pasokan kelapa buah segar sebanyak 98 persen dari kapasitas produksi nasional, semuanya berasal dari petani rakyat. Ditambah lagi, disparitas harga antara didalam dan diluar negeri sangat mahal di luarnegeri.
"Pengusaha jangan mau enaknya sendiri dong. Kalau petani dilarang ekspor, naikan harga kalian (pengusaha). Kalau ekspor dilarang akan mematikan usaha rakyat. Percayalah, jika itu terjadi (pelarangan ekspor) kami akan tebang habis pohon kelapa," pungkas Muhaimin.
Namun, Muhaimin tidak menarik jika pengusaha dalam negeri mau menyamakan harga dengan diluar negeri, tidak mustahi para petani lebih memilih menjual di dalam negeri karena lebih dekat. Lantas ia menyebut angka Rp 2.500 per kg sebagai harga yang pantas dibeli industri dalam negeri.
"Kalau minat harga Rp.2500 per kilogram, maka ekspor pasti nggak akan jalan," ujarnya.
Bukan hanya di persoalan harga, Muhaimin juga mengkritik pengusaha tidak mau membantu petani "Pengusaha pelit sekali untuk menyalurkan dana CSR ke masyarakat
Padahal mereka sudah untung besar. Dana CSR akan dipergunakan bangun jalan, perbaiki kawasan," ujarnya. (red)
Padahal mereka sudah untung besar. Dana CSR akan dipergunakan bangun jalan, perbaiki kawasan," ujarnya. (red)
(relese)