JAKARTA, Bugiswarta.com- Presiden Joko Widodo hari ini memberikan gelar Pahlawan Nasional di Istana Negara, Jakarta, Kamis (5/11/2015). Salah satunya terdapat sosok Ki Bagus Hadikusumo, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1944-1953.
Mendapatkan gelar pahlawan memang bukan sesuatu hal yang gampang, cucu Ki Bagus Hadikusumo, Dr Gunawan Budianto mengatakan, bagaimana keluarga tetap mengingat kiprah sang Kakek dalam perintis kemerdekaan. Walaupun tanpa gelar Pahlawan Nasional.
Cerita yang turun temurun dari sang ayah masih ia pertahankan untuk tetap mengenang jasa besar Ki Bagus Hadikusumo. "Kita menjaga peran besar Ki Bagus Hadikusumo, cerita yang diturunkan dari ayah saya ke saya," ujar Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini kepada republika , Kamis (5/11/2015).
Sosok Ki Bagus Hadikusumo memang lebih dikenal sebagai mantan Ketua Umum Muhammadiyah, dibandingkan perannya di persiapan kemerdekaan Indonesia. Hal ini tidak lain karena sebelum ini, sangat minim penghargaan negara terhadap Ki Bagus Hadikusumo.
Ki Bagus Hadikusumo putra ketiga dari lima bersaudara. Lahir dari keluarga santri, Raden Haji Lurah Hasyim, seorang abdi dalem putihan bagian agama Islam di Kraton Yogyakarta. Ia dikenal dengan pribadi yang kuat memegang prinsip Islam.
Semasa menjadi Ketua Muhammadiyah di masa pendudukan Jepang, ia tanpa gentar berdialog dengan Jepang agar siswa-siswa Muhammadiyah tidak melakukan Sekerei (menyembah matahari) setiap pagi.
Dalam persiapan kemerdekaan Indonesia, Ki Bagus Hadikusumo merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) dan Chuo Sangi in. Salah satu peran besarnya adalah meletakkan dasar Mukaddimah atau Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Salah satu yang juga dilupakan adalah peran besarnya menghilangkan tujuh kata 'Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-pemeluk Islam' dalam UUD 45 dan Pancasila, demi menjaga keutuhan NKRI.
----------
Sang Pencerah