Soppeng,bugiswarta.com-Beberapa hari terakhir, isu pembakaran masjid di Tolikara, menyeruak ke permukaan dan menyita ruang publik kita, Semua mata tertuju ke sana, ke sebuah kota kabupaten di provinsi paling timur di negeri ini, Papua.
Melihat hal ini, Pimpinan Wilayah Pemuda Muslimin Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan memilih untuk menahan diri dari merespon secara reaktif isu yang sangat memancing emosi umat Islam dan bisa memicu konflik horisontal antar umat beragama di Indonesia.
"Fakta menghangatnya kembali isu SARA di negara tercinta ini patut disikapi dengan hati-hati, apalagi terjadi di Papua, provinsi yang masih menyimpan bara separatisme, dan besarnya potensi sumber daya alam yang menjadi incaran kekuatan asing." Ujar Muhammad Kasman, Ketua Umum PW Pemuda Muslim Sulsel di Makassar (26/07/2015).
Menurut Kasman, umat Islam memang harus berjihad menghadapi masalah ini, tapi jihad itu selayaknya diwujudkan dalam bentuk kesungguhan untuk membangun kembali apa yang rusak di sana. "Mari kita bangun kembali masjid dan kios saudara-saudara kita yang rusak di sana." Lanjutnya.
"Respon emosional akan makin memperkeruh suasana, dan ini bisa menjadi alasan bagi pihak yang berkepentingan dengan penguasaan sumber daya alam di Papua untuk campur tangan. Kalau ini sampai terjadi, keutuhan NKRI menjadi taruhannya."
Kasman menyerukan agar umat Islam mempercayakan penyelesaian kasus ini pada TNI dan Polri sambil terus berupaya menjaga stabilitas dan makin mempererat ukhuwah islamiah serta meningkatkan komunikasi antar umat beragama agar kasus serupa tidak lagi terulang.
Sementara itu, Febye Triadi Akib, Staf Bidang Sosial Politik dan Otonomi Daerah PW Pemuda Muslim Sulsel menambahkan bahwa kejadian ini juga patut dipandang dalam konteks kondisi Indonesia kontemporer. "Kasus Tolikara tak berdiri sendiri, isu SARA ini kembali berkobar di saat perekonomian kita memburuk, ada apa ini?"
Menurutnya, kasus Tolikara memang harus diselesaikan dengan tetap mengedepankan rasa keadilan antar umat beragama, tapi Isu ini tidak boleh mengalihkan perhatian publik dari kondisi perekonomian Indonesia yang kian memburuk beberapa bulan terakhir.
"Jangan sampai isu ini membuat kita lengah mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang tak kalah membahayakannya bagi bangsa dan negara. Seperti nila tukar rupiah yang melemah, pertumbuhan ekonomi yang melambat, dan utang yang kian membengkak." Pungkas Febye Triadi.
Laporan La Barakka.