Sungai- Sumber Air Petani Dibendung PDAM Soppeng |
Soppeng,Bugiswarta--Proyek Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Soppeng yang menjadikan sumber air didaerah Pottingeng Kelurahan Lalabata Rilau Kecamatan Lalabata rugikan petani pasalnya sumber air satu-satunya yang mengairi sawah petani seluas 180 Hektare kini mengalami kekurangan Air. Akibat dibendungnya sungai Pottinge oleh PDAM sejak 2013 lalu membuat petani menjerit saat musim tanam.
Informasi yang dihimpun bugiswarta.com Jum'at 20/03/2015 dari petani menuturkan bahwa sawah yang dulunya tidak pernah mengalami kekurangan air ketika musim tanam kini sudah kewalahan pasalnya air sungai yang digunakan petani disedot oleh PDAM untuk dikomersilkan.
"Bahkan tidak pernah dilakukan sosialisasi pembuatan bendungan, tersebut kepada masyarakat, baru diketahui ketika perlengkapan dan pembuatan bendungan sudah siap, menjelang pengerjaan proyek Air minum tersebut," kata salahsatu petani Juse
Hal senada juga disampaikan salah satu pemilik sawah Cammane bahwa semenjak pengerjaan proyek tersebut terdapat penurunan produksi petani karena sawah yang pada mulanya mengandalkan sumber air tersebut terpaksa terkuras karena didominasi oleh PDAM Soppeng.
"Sebelum bendungan tersebut dibangun petani sempat menolak, bahkan mengumpulkan tandatangan sebagai bentuk tidak sepakat dengan pembangunan bendungan tersebut karena satu-satunya mata air yang bisa mengairi sawah adalah dari sungai trsebut, hanya saja dengan adanya bendungan itu khusunya musim kemarau, sawah seluas 180 hektar menggunakan air seadanya," terang Cammane
lebih lanjut dia menuturkan bahwa pada awalnya menjelang pembangunan bendungan warga mendapatkan informasi kalau air untuk PDAM hanya dimusim penghujan, dan PDAM membuat bak penampungan seluas 80 meter persegi namun faktanya yang bak yang dibangun tidak sesuai dengan apa yang disampaikannya.
"Banyak petani yang pernah bertanda tangan menolak pembangunan bendungan tersebut karena dikhawatirkan nantinya akan mengalami kekurangan air, tapi apa daya pembangunan tetap berlanjut, paparnya.
Untuk selanjutnya para petani berencana akan mendatangi kantor DPRD agar memediasi dengan pihak PDAM bagaimana pemerataan pembagian air dalam artian utamakan petani, dibanding bisnis PDAM.
"kami rencana akan menyampaikan aspirasi kepada DPRD agar ada jalan keluar sehingga petani tidak lagi kekurangan air, dan bisa panen hingga tiga kali setahun salah satunya adalah Pallawija," ujarnya.
La Barakka
Informasi yang dihimpun bugiswarta.com Jum'at 20/03/2015 dari petani menuturkan bahwa sawah yang dulunya tidak pernah mengalami kekurangan air ketika musim tanam kini sudah kewalahan pasalnya air sungai yang digunakan petani disedot oleh PDAM untuk dikomersilkan.
"Bahkan tidak pernah dilakukan sosialisasi pembuatan bendungan, tersebut kepada masyarakat, baru diketahui ketika perlengkapan dan pembuatan bendungan sudah siap, menjelang pengerjaan proyek Air minum tersebut," kata salahsatu petani Juse
Hal senada juga disampaikan salah satu pemilik sawah Cammane bahwa semenjak pengerjaan proyek tersebut terdapat penurunan produksi petani karena sawah yang pada mulanya mengandalkan sumber air tersebut terpaksa terkuras karena didominasi oleh PDAM Soppeng.
"Sebelum bendungan tersebut dibangun petani sempat menolak, bahkan mengumpulkan tandatangan sebagai bentuk tidak sepakat dengan pembangunan bendungan tersebut karena satu-satunya mata air yang bisa mengairi sawah adalah dari sungai trsebut, hanya saja dengan adanya bendungan itu khusunya musim kemarau, sawah seluas 180 hektar menggunakan air seadanya," terang Cammane
lebih lanjut dia menuturkan bahwa pada awalnya menjelang pembangunan bendungan warga mendapatkan informasi kalau air untuk PDAM hanya dimusim penghujan, dan PDAM membuat bak penampungan seluas 80 meter persegi namun faktanya yang bak yang dibangun tidak sesuai dengan apa yang disampaikannya.
"Banyak petani yang pernah bertanda tangan menolak pembangunan bendungan tersebut karena dikhawatirkan nantinya akan mengalami kekurangan air, tapi apa daya pembangunan tetap berlanjut, paparnya.
Untuk selanjutnya para petani berencana akan mendatangi kantor DPRD agar memediasi dengan pihak PDAM bagaimana pemerataan pembagian air dalam artian utamakan petani, dibanding bisnis PDAM.
"kami rencana akan menyampaikan aspirasi kepada DPRD agar ada jalan keluar sehingga petani tidak lagi kekurangan air, dan bisa panen hingga tiga kali setahun salah satunya adalah Pallawija," ujarnya.
La Barakka