Ilustrasi/Prajurit bugis /int |
Sumur itu dikenal dengan nama Bubung Paranie.
Secara harfiah, kata Bubung Paranie berasal dari bahasa Bugis yang berarti 'Bubung = Sumur' dan 'Paranie = Keberanian'.
Penyematan nama Bubung Paranie pada sumur itu konon katanya karena adanya sifat magis air pada sumur itu yang mampu membuat kebal orang yang mandi di sumur itu.
Ketua Dewan Kesenian (DKB) Kabupaten Bone, Barham mengatakan, pada jaman kerajaan Bone dahulu kala. Lemo Ape memang dikenal dengan para prajurit elite kerajaan Bone, prajurit ini di sebut "Laskar Pauno".
"Dahulu, sebelum laskar Pauno ini pergi berperang mereka mandi di Bubung paranie, agar mendapatkan kekebalan," ujar Bahram.
Lalu untuk menguji kekebalan tersebut, para Laskar Pauno melakukan Permainan Massallo Gajang.
Massallo Gajang adalah permainan saling menghadang, hanya saja pada waktu itu mereka menggunakan badik untuk menikam lawan yang di hadang nya.
"Nah jika terkena tikaman badik, dan laskar ini masih berdarah, itu berarti mereka belum suci, maka harus kembali dimandikan di Bubung paranie hingga akhirnya mereka benar-benar kebal," tuturnya.
Selanjutnya kata Bahram, jika semua Laskar Pauno telah kebal, maka pasukan elite kerajaan Bone ini siap untuk berangkat untuk berperang.
Walau kini keberadaan sumur tersebut masih ada di Lemo Ape, namun fungsi magis untuk kekebalan lagi terdengar.
Apalagi pada jaman sekarang ini tidak lagi ada pasukan elit kerajaan Bone dan bukan lagi masa peperangan atau 'rumpa na bone'.
"Mungkin saja, masih ada yang seperti itu di sana, tapi sekarang keadaannya tidak lagi seperti zaman dahulu, tapi kita wajib melestarikan sumur itu sebagai saksi sejarah perjalanan panjang kerajaan Bone dan kisahnya sebagai khazanah budaya bugis," pungkas Bahram kepada penulis.
La Makkelori
La Makkelori