Proyek Baru Pendidikan 'UN' Dengan Sistem Komputer -->
Cari Berita

Proyek Baru Pendidikan 'UN' Dengan Sistem Komputer


Penulis : Usman Al-Khair, Jurnalis Radar Bone, Mantan ketua IMM Bone

Setelah kurikulum 2013 tidak sukses kini pemenrintah dalam hal ini kementrian pendidikan dan kebudayaan memiliki proyek baru dengan alasan untuk menghemat biaya serta menjamin pelaksanaan yang jujur, bersih, dan fleksibel, ujian nasional akan menggunakan sistem komputer atau disebut dengan "computer-based test". Tes model ini bermanfaat untuk meningkatkan mutu, fleksibilitas, dan keandalan ujian nasional. Proses pengadaannya juga diharapkan lebih lancar.


Saya membaca berita di Media Online Kompas.com hal tersebut keluar dari pernyataan Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nizam, Sabtu (24/1/2015)

Bukan negatif thingkin akan tetapi setiap pergantian menteri pendidikan dan kebudayaan distulah pendidikan diubah, dan alhasil tidak ada yang berjalan maximal,

Saya menlai hal ini hanyalah proyek-proyek dibidang pendidikan, dimana sebelumnya hanya menguntungkan pengusaha tertentu, misalkan pengusaha pembuat soal-soal UN, Pengusaha percetakan buku K13 dan Lainnya.

Coba kita perhatikan agenda Menteri pendidkan seperti yang ada di Media

"Mulai tahun ini akan dilakukan perintisan atau uji coba ujian nasional (UN) dengan target beberapa sekolah pada setiap jenjang di setiap provinsi. Untuk tahun-tahun berikutnya, UN dengan sistem komputer akan dilakukan dengan cakupan lebih luas di 34 provinsi pada jenjang SMP/MTs, SMA/MA, SMK, serta Paket B dan C. Soal-soalnya sama atau setara dengan tes berbasis kertas (paper-based test)" kompas.com

"Nanti semua dijelaskan dalam pos dan petunjuk teknis. Sedang kami sempurnakan," ujarnya.

Dalam konferensi pers UN, Jumat lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan, tahun depan diharapkan akan ada pusat ujian atau tes.

Jika sudah ada pusat tes, diharapkan ke depan tidak perlu ada lagi pelaksanaan UN yang serempak pada satu hari di seluruh Indonesia. Jika UN bisa diselenggarakan dengan komputer, sekolah hanya perlu menentukan jadwalnya, lalu mengambil ujian sesuai jadwal masing-masing.

"Selama kita masih menggunakan paper-based test, masih pakai kertas, (UN) memang harus diselenggarakan satu hari karena soalnya keluar. Tapi, kalau pakai komputer, soalnya tidak keluar sehingga bisa dilakukan ulang," kata Anies.

Soal sulit

Setiap tahun sedikitnya 100.000 soal dibuat untuk kisi-kisi UN dan tidak digunakan lagi sehingga dinilai boros karena perlu dicetak. Namun, jika menggunakan sistem tes berbasis komputer, soal-soal yang masih bagus dapat dipertahankan dan yang sudah usang bisa dibuang.

"Kalau sekarang soalnya masih sekali pakai, lalu buang," kata Nizam.

Ke depan akan ada bank soal nasional untuk menampung soal-soal UN yang akan diperbarui setiap lima tahun sekali. Ketika itu pula, paling tidak ada 10-20 persen soal dibuang dan diganti yang baru.

Untuk UN tahun ini belum ada perubahan tingkat kesulitan soal. Standar kualitas soal masih mengikuti ketentuan Badan Standar Nasional Pendidikan tahun lalu.

Hanya, lanjut Nizam, tahun ini sudah dimasukkan soal-soal berkategori high order thinking. Ada 5-10 persen soal yang berkategori itu. Tahun lalu ada beberapa soal yang menggunakan standar Programme for International Student Assessment (PISA).

Soal-soal high order thinking ini dibuat oleh tim guru yang telah mendapat pelatihan dari tim PISA tahun lalu. Menurut Nizam, pihaknya menginginkan UN menjadi inspirasi bagi anak. Materi soal lebih banyak berkisar pada contoh dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak memahami konteks, tidak hanya menghafal rumus atau soal.

"Kami ingin anak-anak tertantang ketika mengerjakan ujian. Soal-soal ini bisa menjadi tambahan pengetahuan. Anak didorong untuk berpikir," katanya.

Perubahan bentuk dan materi soal seperti ini mau tidak mau akan memaksa guru untuk mengubah cara pembelajarannya. Harapannya, guru tidak lagi memberi latihan menghafal pengerjaan soal terus-menerus menjelang UN atau drilling soal. Ketika hanya menghafalkan soal, yang terjadi adalah murid hanya diajari trik-trik mengerjakan soal.

"Ini yang terjadi di bimbingan belajar. Anak-anak hanya tahu trik-trik, tidak memahami konsep dan konteksnya," ujar Nizam.

Inilah yang membuat pendidikan terkatung-katung entah apa yang mau dcapai, apakah hanya proyeknya sementara arah pendidikan kita di Indonesia setiap tahunnya akan berubah sebagaimana perubahan menteri,

Entahlah kata Iwan Fals.