Cerpen : Cinta Yang Disinari Sunrise (I) -->
Cari Berita

Cerpen : Cinta Yang Disinari Sunrise (I)

Penulis : Uswatun Hasanah Junaid
Mahasiswa Jurusan Bahasa Inggris
STAIN PALOPO
“Malam tak selamanya menjanjikan bintang
mendung tak selalunya menjanjikan pelangi
sinar mentari tak selamanya menghangatkan raga
dan cinta yang tulus tak selalu hadir
didalam sanubari seseorang”
(uswah junaid)

Langkah demi langkah telah terlewati selama kurang lebih 3 tahun merantau di kota orang, meninggalkan orang tua di kampung demi meraih gelar Spd. Sang mentari masih malu-malu menampakkan dirinya diantara awan-awan diatas langit, seorang gadis tinggi besar berkulit gelap dan memiliki tompel hampir smemenuhi seluruh pipi sebelah kanannya telah bersiap-siap untuk mengayuh sepedanya menuju kampus tempat ia menuntut dan menimba ilmu.

Dikampus ini, ia tercatat sebagai mahasiswa yang aktif menulis artikel dan berbagai tulisan-tulisan yang didalamnya ia menuangkan berbagai ide-ide tentang kampus, dunia mahasiswa, para kaum mustadafin yang hidup dibawah tangan para tirani. 
Keaktifan ia melalui tulisan ternyata tidak sesuai dengan keaktifan ia berbicara, ia jarang bahkan tidak pernah memunculkan diri ketika ada orang yang bertanya siapa pemilik tulisan tersebut. 

Ia lebih suka diam-diam menulis dan diam-diam pula menempelnya dari dinding yang satu ke dinding yang lain, hanya dinding bercat putih sebagai saksi bisu atas karangannya selama ini.

Kehadirannya tidak banyak diketahui oleh para mahasiswa dan dosen-dosen di kampus, bahkan teman sekelasnya pun masih ada yang belum mengenalnya, ia hanya datang ketika ada perkuliahan dan pulang ketika kuliah telah usai. 

Kesempatan untuk bercengkerama dengan teman sekelas tidak pernah ia luangkan hanya satu atau dua saja yang ia jadikan sebagai teman sebaya didalam kelasnya. 

Aktivitasnya seharian yaitu mondar mandir dari kost dan kampus, ketika kelas telah usai dia langsung meluangkan waktunya ke parpustakaan kampus untuk menambah ilmunya yang masih jauh dari kata CUKUP. 

Tidak ada kata cukup baginya yang berprofesi sebagai kaum intelektual organik.
“prakkkk....”
“oh maaf maaf... saya tidak sengaja”
“tidak apa-apa”
“hei hei dek, masih ada satu buku lagi yang ketinggalan!”

Gadis itu berlalu ketika ia telah selesai memungut buku-bukunya yang terjatuh tanpa menatap siapa orang yang telah menabrak dan menjatuhkan buku-bukunya. 

Sikap dingin selalu ia tampakkan kepada siapa saja orang yang berusaha mengenalnya, di kampus dia hanya memiliki 2 sahabat yang bernama helgom dan mob dan satu dosen yang dianggapnya sebagai orang tua keduanya.

“duuhh...siapa sih nama mahasiswi yang kutabrak itu. Padahal dia masih meninggalkan satu  bukunya disini!”
Seseorang yang telah menabrak gadis itu adalah salah satu mahasiswa yang juga sedang menimba ilmu di kampus itu, ia bernama Junaid Nasal yang merupakan mahasiswa yang cukup dipergitungkan dalam dunia kampus. 

Kemampuannya dalam bidang akademik membuat para dosen ingin menjadikannya asisten dosen, setiap semester namanya selalu menjadi urutan teratas yang meraih predikat sebagai mahasiswa terbaik.

Ketika sampai di kost, gadis itu baru menyadari bahwa ada satu bukunya yang tertinggal ketika ia ditambrak tadi, dia berusaha mengingat kembali siapa gerangan orang yang telah menabraknya itu. Ia bahkan tidak sempat menengok kearah orang yang telah menaraknya.

“dduuhh... bagamana caranya aku bisa mendapatkan bukuku? Bahkan wajah orang yang menabrakku sama sekali tidak ada bayangannya”

Bersambung....
Baca
Publis La Barakka