Cerpen : Isyarat Hati (II) -->
Cari Berita

Cerpen : Isyarat Hati (II)

Penulis Uswatun Hasanah Junaid (Mahasiswi )
 SAMBUNGAN Dari  Baca Juga : Cerpen : Isyarat Hati (I)
“ Udah belum bajunya dicoba ? “ tanyaku kepada Abin dibalik pintu.
Abin yang sudah lama didalam kamarnya, tidak terdengar sepatah kata pun yang keluar dari mulutnay, pikiranku mulai beterbangan kesana kemari seperti kapas yang ditiup. Ketika aku mulai mencoba menghilangkan rasa penasarankudengan mencoba mengintipnya dari sela-sela pintu kostnya yang agak banyak bocornya, tiba-tiba terdengarbunyi prak… prak… prak… dari dalam kamar Abin, kemudian setelah itu tidak ada suara lagi. Aku semakin penasaran dengan suara yang timbul dari kamar Abin, tapi aku putuskan untuk menunggunya saja sampai dia keluar.
Tak lama aku menunggu, muncul seorang lelaki yang berpostur tinggi sekitar 165 cm dan berbobot badan kira-kira 65 kg keluar dari samping kamar Abin dan ternyata dia adalah k’ Tom yang pernah datang di rumah bersama kakakku yang sekarang sudah menjelang final sekitar awal bulan Agustus.

Senyumnya yang mengambang diwajahnya yang chabi, membuatku geregetan ingin mencubit pipinya yang seperti kue yang berbahan terigu berkalori rendah yaitu bakpao.
Tidak lama aku dan k- Tom bercerita, Abin membuka pintunya dengan gaya yang memuatku mengeluarkan airmata karena tawaku yang langsung lepas dan tak bisa berhenti ngakak-ngakak.

“ Huahahaha…. Langsing banget sih jeng… mau kemana ? “ ledek k’ Tom pada Abin.
“ iya nih, baju dan celana koq kompakan banget membentuk tubuh. Kayak gitar spanyol ajha ! “ tawaku meledak lagi.
Tawaku dengan k’ Tom kembali meledak, sampai-sampai pipi k’ Tom memerah seperti buah Tomat yang matang. Saat itu pula, Abin yang menjadi bahan tertawaan juga ikut menertawai dirinys sambil sesekali memukul lenganku lalu mencubitnya.
“ Bagus.. bagus… bagus banget cara memperkecilnya, sampai-sampai aku jadi bahan tertawaan hari ini. “ Abin berkata padaku sambil mencubit lenganku lagi.
Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00, saking asiknya menertawakan Abin yang berpakaian yang membentuk tubuhnya seperti gitar spanyol membuatku lupa untuk pulang. Aku pun pamit pada Abin dan k’ Tom yang lagi-lagi menyunggingkan senyum manis padaku.Aku pun melangkahkan kaki dan menghidupkan mesin motorku untuk pulang ke rumah.
***

Agenda hari ini:
1.      Berangkat ke kampus pukul 06.30 @
2.      Menulis sebentar @
3.      Membersihkan rumah @
4.      Membawakan baju jahitan Abin @
5.      Mengetik makalah ilmu pendidikan,
“ Hhuummm…. Lagi satu agenda yang harus dilaksanakan hari ini. Ayo semangat Ambar.” Aku berusaha memberi semangat pada diriku sendiri.
Aku mulai membuat makalah kelompokku sendiri, hingga sampai pada halaman ke empat, tiba-tiba ada urusan kecil ddi kamar mandi. Hehehe
Belum rapat bokongku bersandar dikursi, dering telepon genggan 3Gku sontak membuatku kaget, kutengok layarnya yang lumayan tidak lebar, ternyata tak ada nama sipemanggil dan hanya nomor saja. Aku pun mencoba menjawab telepon si pemilik nomor baru itu.
“ Assalamu ‘alaikum “
“ Halo.. halo,, halo,, “ jawab si pemilik nomor itu dengan agak sedikit berteriak.
Halooooo… ! “ jawabku yang agak sedikit menggerutu.
“ Iya, iya… sekarang aku sudah dengar, kamu dimana sekarang ?
Apa betul ini dengan Rasmin ? Tanya si pemilik nomor.
“ Apa… ?? raskin ?

Disini tidak ada raskin pak ! “ jawabku pura-pura tuli.
“ Waduuh… maksud saya Rasmin, teman sekantor saya, apa betul ini dengan Rasmin ? “
“ Ouw… maaf ya saya salah dengar tadi, saya bukan Rasmib teman bapak, mungkin bapak salah sambung ? “
“ Ah, masa’ sih?
Perasaan saya sudah teliti tadi mengeja nomornya Rasmin dihpku. “
“ Ya sudah, coba cek lagi. Siapa tahu bapak memang sudah mendapatkan alamat palsu kayak lagunya Ayu ting-ting. “
“ Ya kalau begitu maaf ya de’ udah ganggu waktunya.”

Laki-laki si pemilik alamat palsu itu pun langsung menutup perbincangannya dengan aku tanpa ada kata pentup. Tak lama kemudian, satu pesan diterima muncul dari layar hpku yang ternyata sms itu dari laki-laki sipemilik nomor itu tadi.
“ Hehehe… iya, saya salah satu nomor dibagian akhir tadi.”
“ Ouww… lain kali lebih teliti lagi.”
“ Oya, kalau boleh tahu nama kamu siapa ? “
“ Wah, seharusnya saya yang mempunyai pertanyaan itu untuk kamu, namanya situ siapa? “
“ Hem, okelah kalau begitu. Saya Syahrir, panggil saja Ari. Kalau kamu ?”
“ Saya Ambar Kelabu, panggil saja Ambar. “
“ Wah, nama yang bagus. Kerja atau sekolah ? “
“ Makasih,,,saya kuliah, kalau kamu ? “
“ Kalau saya sudah bekerja, tempat kerja saya di PT. BERKAH MORINDO Wotu.”
“ Ouw… semakin koperasi ya ? “
“ Iya, boleh dikatakan begitu. “

Sms diatas hanya bagian-bagian pentingnya saja yang tertinggal dimemori otakku. Oya, hampir lupa. Dia saat itu sudah berusia 27 tahun. Baru berkenalan kurang lebih sejam yang lalu, dia langsung curhat kepadaku mengenai masa lalunya yang sangat suram. Sehingga aku sebagai pendengar setianya merasa jijik dan ngeri mendengar ceritanya. Aku pun hanya bisa menjadi pendengar setianya pada malam perkenalan itu.
Hari-hari kulewati dengan selalu diganggu oleh k’ Ari yang baru saja kukenal lewat dunia maya. Saat itu, sudah menjelang hari idul adha yang tak terasa hampir 2 hari lagi. Dimana semua teman-temanku kompak untuk tidak masuk kuliah. Hem, mau tidak mau aju juga harus ikut kompak dengan mereka.

Satu hari menjelang lebaran idul adha, membuatku sibuk menyiapkan bahan-bahan yang dipakai untuk lebaran besok, sehingga membuatku sedikit kelelahan kesana kemari dengan mengendarai sepeda motor pemberian tanteku ketika aku mulai berstatus sebagai mahasiswa.
“ Siapa yang mau temani saya ke pasar ? ”

Satu sms melayang kesemua temen-temanku. Diantara sms yang masuk, hampir balasan sms sama semua, hanya satu yang menarik perhatianku, yaitu sma dari k’ Dwi yang ternyata dia tidak pulang kampong. Aku pun minta tolong kepadanya untuk memboncengku ke pasar. Dengan jawaban yang mantap, melayang dari k’ Dwi, akku pun siap-siap untuk ke pasar.
***

“ Hhhuufft…. Capek juga ya ? kata k’ Dwi sambil menyandarkan bokongnya di sofa ruang tamu.
“ Hehehe… maaf ya k’ Dwi, Cuma sekali aja koq… inikan buat lebaran besok. Jadi gak asik kalau dilewatkan tanpa ada perayaan special.”
“ Iya, ga’ apa-apa koq, malahan aku senang bisa bantu adikku yang tersayang ini.”
“ What?
Ngga’ salah nih k’ Dwi memanggilku adik tersyang?
Sejak kapan tuh k’ Dwi jadi kakak aku?
Hehehe
“ Yah, sejak aku dan kamu akrab lah. Kamu akan kupinang dengan bismillah.”
“ Hahaha… k’ Dwi bisa ajha, saya kan masih mahasiswa baru dan perjalanan tagetku pun masih sangat jauh. Masa’ langsung beralih kepembahasan mengenai pinangan sih ?”
“ Iya, sekali-kali ga’ apa-apa kan ?
Pokoknya, aku akan menunggumu sampai kau siap untuk kujadikan pendamping hidupku. “
Darahku pada saat itu seakan-akan langsung membeku dan bibirku tidak bisa berkat apa-apa. Ternyata apa yang diucapkan Mustia sahabatju benar. Aku pun terdiam sebentar untuk memikirkan olahan kata apa yang bagus aku lontarkan pada k’ Dwi agar dia tidak tersinggung.
“ Oya, mengenai perkataan k’ Dwi yang barusan, saya harap itu Cuma celotehan belaka yang kakak lontarkan untukku, karena pada saat ini aku sudah memiliki pacar. “
Seketika itu, kupandangi raut wajah k’ Dwi yang tadinya lesu habis dari pasar menjadi tambah lesu bagaikan ban yang kempes setelah mendengar ucapanku, meskipun aku tidak bermaksud untuk menyakiti hatinya.
***