Penulis Usman Al-Khair
Dalam sejarah ditemukan bahwa pada tanggal 16 Agustus 1666 berangkatlah Arung Palakka ke Pariaman bersama 400 orang Laskarnya yang sudah terlatih bersama-sama dengan pasukan kompeni Belanda 600 orang dari Ambon yang dipimpin oleh kapten Poolman dengan 5 buah kapal perang menuju ke Pariaman untuk membebaskan negeri itu ditangan orang-orang Aceh dan Portugis.
Sesampainya di Pariaman terus melakukan penembakan meriam ke benteng pertahanan Pariaman yang berlapis 3 dengan tinggi 3 meter dengan pengawalan ketat dari Pariaman dan Aceh
Peperanganpun dimulai sejak pagi hingga sore hari barulah Arung Palakka berhasil menduduki Pariaman dengan anak buahnya, dengan memanjat benteng setinggi 3 meter dengan tiga lapis, dimana pasukan terkuat Pariaman dan Aceh ada didalam benteng tersebut namun akhirnya semuanya kalah dan menyerah di tangan Arung Palakka.
Sesudah itu barulah Arung Palakka bersama pasukan Kompeni Belanda meneruskan perjuangannya dalam peperangan ke Kota Tengah dan ke Kota Pauh. kedua kota ini pun berhasil dikuasai oleh Raja Bone Arung Palakka bersama pasukan Kompeni tanpa mendapatkan perlawanan yang berarti.
Setelah Arung Palakka dan Kompeni Belanda berhasil membebaskan Minangkabau dari penguasaan Aceh dan Portugis barulah orang Minangkabau mengangkat Rajanya dari keturunan Raja Pagarruyung yang bernama Sri Paduka Sultan Ahmad Syah yang dianggap loyal terhadap Belanda waktu itu. kemudian Raja ini menamakan Negerinya "Kerajaan Pagarruyung"
Sebagai tanda terima kasih dari kompeni Belanda terhadap Arung Palakka atas kemenangan yang diperolehnya itu beliau dianugerani sebuah bintang emas (Bintang Jasa) yang diserahkan langsung oleh Admiral Kompeni Belanda yang disematkan didada Arung Palakka
Dalam sambutannya Admiral dikatakan :
"Bahwa Belanda sangat berhutang budi kepada Arung Palakka atas kemenangan yang diperolehnya di Minang Kabau, sehingga kompeni Belanda memberikan tanda penghormatan berupa bintang jasa kepada Arung Palakka atas jasanya"
Dalam sambutan balasannya Arung Palakka mengatakan :
"Bahwa kompeni Belanda tidak perlu merasa berat, karena bukankah bantuan peperangan ini hanya karena saya juga ingin dibantu menyelesaikan peperangans saya dengan Gowa".
Gubernur Jendral Maetsucycker merasa gembira setelah mendengar apa yang dicapai atas Arung Palakka mengalahkan Pariaman, sehingga Gubernur Jendral Maetsucycker memberikan bintang jasa yang terbuat dari emas yang disampaikan oleh Admiral Kompeni Belanda kepada Arung Palakka yang melukiskan dengan kata-kata sebagai berikut :
"een gedencteken, vereert aen Raja Palacca voor getronve oor loghsdienst ap de Westrcust van Sumatera oon de Camp. Gedaen anno 1666".
Artinya :
"Suatu tanda peringatan, penghormatan kepada Raja Palakka untuk tindakannya yang setia dalam peperangan dipesisir barat Sumatera dibuat dimedan peperangan tahun 1666"
Pada saat dilakukan upacara penyerahan bintang jasa kepada Arung Palakka oleh Admiral Kompeni Belanda yang dilaksanakan diatas kapal perang, dalam perintiwa yang bersejarah itu turut disaksikan oleh pembesar Kompeni Belanda serta Raja Pagaruyung Minangkabau dan seluruh anak buahnya Arung Palakka (1666).
Referensi : H. Abdul Kahar, Arung Palakka Datu Tungke'na Tana Ugie 2007